Sebagai orang tua, niat baik untuk mendukung dan mendorong anak sering kali terwujud dalam kalimat-kalimat yang terucap. Namun, beberapa ungkapan tanpa sadar dapat berdampak merusak perkembangan mental dan emosional anak, bahkan menghancurkan masa depan mereka. Berikut adalah delapan kalimat yang sebaiknya dihindari orang tua untuk menjaga kesehatan mental anak.
Pertama, membanding-bandingkan anak dengan saudara atau teman-temannya adalah salah satu kesalahan umum. Misalnya, kalimat “Lihatlah kakakmu, sudah bisa baca, kenapa kamu belum?” dapat menyebabkan anak merasa tidak cukup baik. Perbandingan ini, meski bermaksud memotivasi, justru berisiko membuat anak merasa iri dan kehilangan percaya diri.
Kedua, ucapan negatif seperti “Kamu tidak pernah juara, jadi tidak usah ikut lomba” dapat merusak kepercayaan diri anak. Penting bagi orang tua untuk memberikan dukungan dan dorongan, agar anak merasa dihargai dalam usaha mereka dan belajar menghargai setiap pencapaian.
Ketiga, menyatakan ketidakinginan terhadap anak dengan kalimat seperti “Kenapa sih kamu lahir jadi cowok, lebih baik punya anak cewek,” dapat menghancurkan harga diri anak. Anak tidak memilih siapa orang tuanya, sehingga menciptakan lingkungan yang mencintai mereka adalah suatu keharusan.
Keempat, sindiran fisik seperti “Kamu gendut banget, mirip ayahmu” sangat berbahaya bagi citra diri anak. Kalimat ini, walau mungkin dimaksudkan sebagai lelucon, dapat memengaruhi rasa percaya diri anak dan menimbulkan masalah serius, seperti gangguan makan.
Kelima, sindiran terhadap perilaku anak seperti “Jangan jalannya seperti robot, dong” patut dihindari. Hal ini mungkin terdengar sepele, tetapi dapat menanamkan rasa rendah diri dan ketakutan akan penilaian orang lain, yang dapat berlanjut hingga dewasa.
Keenam, mengungkapkan bahwa anak adalah beban dengan kalimat seperti “Aku capek kerja keras supaya kamu bisa sekolah” dapat merusak semangat dan rasa nyaman anak. Anak akan merasa bersalah dan enggan untuk berbagi masalah dengan orang tua, yang berpotensi menghambat komunikasi yang sehat.
Ketujuh, ancaman untuk ditelantarkan, seperti “Kalau kamu tidak patuh, mama akan tinggalin kamu,” dapat menciptakan trauma mendalam. Rasa takut ditinggalkan dapat mengganggu hubungan sosial anak di masa depan, sehingga orang tua perlu menciptakan rasa aman dan nyaman.
Terakhir, memberikan janji yang tidak bisa dipenuhi seperti “Kalau kamu dapat nilai bagus, papa akan belikan PS5” dapat merusak kepercayaan anak. Ketidakpatuhan terhadap janji akan membuat anak merasa dikhianati dan meragukan orang lain.
Dalam mendidik anak, penting untuk berbicara dengan bijak dan penuh kasih. Setiap kata yang diucapkan mempunyai kekuatan untuk membangun atau menghancurkan, sehingga kita perlu memastikan bahwa setiap ungkapan yang disampaikan adalah dukungan positif untuk masa depan mereka.