Pendidikan

Kehilangan Besar! Pakar Filsafat Pancasila UGM, Prof. Kaelan, Meninggal

Keluarga besar Universitas Gadjah Mada (UGM) berduka atas kepergian salah satu putra terbaiknya, Prof. Dr. Kaelan, M.S, yang tutup usia pada Rabu, 25 Desember 2024, di RSUP Sardjito dalam usia 78 tahun. Suasana haru dan duka menyelimuti upacara penyemayaman almarhum yang berlangsung di halaman Balairung, kampus utama UGM.

Prof. Kaelan dikenal luas sebagai Guru Besar di Fakultas Filsafat UGM, khususnya dalam bidang Filsafat Pancasila dan Ketatanegaraan. Sosoknya bukan hanya dihormati di lingkungan akademik, tetapi juga diapresiasi oleh banyak pihak yang mengenalnya. “Kita telah kehilangan salah satu putra terbaik UGM, yang aktif mengkaji filsafat Pancasila,” ungkap Mukhtasar Syamsuddin, salah satu kolega almarhum yang menyatakan rasa kehilangan mendalam.

Dalam kesempatan yang sama, Wahyudi Kumorotomo sebagai Sekretaris Dewan Guru Besar (DGB) UGM, mewakili pimpinan dan keluarga besar UGM, menyampaikan belasungkawa yang dalam. “Atas nama keluarga besar UGM, kami mengucapkan belasungkawa yang sebesar-besarnya bagi guru dan teladan kami semua. Semoga ilmu dan pengetahuan yang telah dibagikan menjadi ladang amal bagi beliau,” ujar Wahyudi.

Lahir pada 27 Januari 1946 di Magetan, Prof. Kaelan meninggalkan satu orang istri dan tiga orang anak. Beliau memulai karier sebagai pengajar di Fakultas Filsafat serta Sekolah Pascasarjana UGM dan pada 10 Juli 2007, beliau dikukuhkan sebagai guru besar dengan pidato bertajuk “Kesesatan Epistemologi Di Era Reformasi Dan Revitalisasi Nation State”. Dalam pidato tersebut, Kaelan menyoroti tantangan yang dihadapi Indonesia, termasuk lunturnya nasionalisme dan kesatuan bangsa di tengah arus globalisasi.

Keterangan lebih lanjut menjelaskan pemikiran beliau mengenai pentingnya revitalisasi negara kebangsaan. “Agar bangsa Indonesia dapat mewujudkan suatu masyarakat demokratis, religius dan berkeadaban di dalam proses reformasi di era global saat ini, maka harus dilakukan revitalisasi negara kebangsaan yang fondasinya telah diletakkan di atas dasar filosofi negara,” ujar Kaelan.

Penyemayaman almarhum di Balairung dihadiri oleh banyak kolega, mahasiswa, dan masyarakat yang merasa kehilangan. Keluarga dan rekan-rekan berdoa bersama untuk almarhum sebelum akhirnya beliau dimakamkan di kompleks pemakaman keluarga UGM di Sawitsari, Sleman.

Prof. Kaelan tidak hanya dikenal sebagai akademisi, tetapi juga sebagai pembimbing yang inspiratif bagi banyak generasi mahasiswa. Pemikiran dan karya-karyanya dalam bidang Filsafat Pancasila menjadi rujukan penting bagi pengembangan pemikiran kritis di Indonesia. Legasi beliau akan terus diingat dan menjadi bagian dari sejarah intelektual UGM serta kontribusinya terhadap bangsa.

Penghormatan terakhir kepada Prof. Kaelan mencerminkan betapa besarnya pengaruh beliau terhadap dunia akademik dan masyarakat. Kehilangan ini meninggalkan jejak mendalam, tak hanya di kalangan civitas akademika UGM tetapi juga dalam usaha untuk memperkuat nilai-nilai Pancasila di tengah tantangan zaman modern.

Cung Media

Cung Media adalah portal berita dan media online yang menyajikan informasi terkini, menarik, dan viral seputar peristiwa lokal hingga nasional dengan gaya yang informatif dan mudah diakses.

Artikel Terkait

Back to top button