Pendidikan

BRIN: Tak Semua Keluarga Siap Hadapi Sekolah Libur Saat Ramadan

Jakarta – Rencana pemerintah untuk meliburkan kegiatan belajar mengajar di sekolah selama bulan Ramadan memunculkan berbagai reaksi dari masyarakat. Kepala Pusat Riset Pendidikan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Trina Fizzanty, menilai bahwa tidak semua keluarga siap untuk menjalankan proses pendidikan di rumah, terutama bagi anak-anak. Penilaian ini disampaikan Trina pada Selasa, 14 Januari 2025, menanggapi wacana yang semakin berkembang terkait keputusan tersebut.

Trina mengungkapkan, selama pandemi COVID-19, banyak orang tua mengalami kesulitan dalam membimbing anak-anak mereka melalui pembelajaran jarak jauh. Hal ini menunjukkan bahwa sistem pendidikan di rumah memerlukan perhatian lebih dari pemerintah dan masyarakat. “Kita belum punya program di masyarakat yang bisa memberikan pembelajaran tentang keagamaan, sosial, dan seterusnya,” ungkapnya.

Adanya rencana libur sekolah ini juga menyisakan sejumlah tantangan. Beberapa di antaranya adalah:

  1. Kesiapan Keluarga: Banyak keluarga yang mungkin tidak memiliki kapasitas untuk menyediakan pendidikan yang layak di rumah. Keterbatasan akses ke materi pendidikan dan kurangnya pengalaman dalam menciptakan lingkungan belajar yang kondusif menjadi tantangan utama.

  2. Pembelajaran Produktif: Meskipun Ramadan adalah bulan yang penuh dengan aktivitas spiritual, Trina mendorong agar kegiatan pembelajaran tetap ada meskipun dikurangi porsinya. Ia menekankan pentingnya menemukan keseimbangan antara pendidikan akademis dan penguatan nilai-nilai spiritual.

  3. Usulan Pemerintah: Dalam beberapa waktu terakhir, Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Abdul Mu’ti mengungkapkan bahwa terdapat berbagai usulan terkait libur sekolah. Usulan tersebut mencakup libur penuh, libur sebagian, dan tidak ada libur sama sekali selama Ramadan. Semua rekomendasi ini akan dibahas oleh Kemendikdasmen bersama Kementerian Agama dan Kementerian Dalam Negeri.

  4. Partisipasi Publik: Abdul Mu’ti menyatakan bahwa pengambilan keputusan yang melibatkan aspirasi dan usulan masyarakat adalah langkah positif dalam konteks demokrasi. Dengan mendengarkan suara publik, diharapkan kebijakan yang diambil dapat lebih relevan dan bermanfaat bagi semua pihak.

Trina juga mendorong peningkatan porsi pembelajaran spiritual di selama bulan Ramadan sehingga anak-anak dapat merasakan manfaat dari pendidikan yang lebih holistik. “Tetaplah porsi belajar anak-anak ada, cuma dikurangi saja supaya mereka punya cukup waktu untuk menguatkan kemampuan spiritualnya,” ujarnya.

Proses pendidikan selama Ramadan tidak hanya soal meneruskan pelajaran yang tertinggal, tetapi juga tentang bagaimana orang tua dan anak bisa berinteraksi dengan baik dalam suasana yang penuh berkah. Ini menjadi momentum untuk memperkuat pemahaman agama serta nilai-nilai sosial yang penting dalam kehidupan sehari-hari.

Dengan adanya berbagai usulan dan pandangan tersebut, diharapkan pemerintah dapat mengambil langkah yang tepat dalam menentukan kebijakan terkait libur sekolah selama Ramadan. Hal ini penting agar semua pihak, terutama anak-anak dan keluarga, dapat menjalani bulan suci ini dengan baik, tanpa mengorbankan aspek pendidikan yang juga sangat penting bagi perkembangan mereka.

Fajar Nugraha

Fajar Nugraha adalah penulis di situs cungmedia.com. Cung Media adalah portal berita dan media online yang menyajikan informasi terkini, menarik, dan viral seputar peristiwa lokal hingga nasional dengan gaya yang informatif dan mudah diakses.

Artikel Terkait

Back to top button