Lebih dari 60 universitas dan lembaga pendidikan tinggi di Jerman telah menarik diri dari platform media sosial X, sebelumnya dikenal dengan nama Twitter. Keputusan ini diambil karena platform tersebut dianggap telah gagal dalam mendukung nilai-nilai penting seperti keberagaman, kebebasan, dan pencapaian akademik. Dalam pernyataan resmi yang disampaikan pada Minggu, 12 Januari 2025, universitas-universitas ini mengecam konten-konten populis yang berasal dari sayap kanan yang dinilai beredar di X, yang mereka sebut sebagai realitas yang “tidak dapat diterima.”
“Keputusan ini mengirimkan sinyal jelas yang mendukung komunikasi berbasis fakta dan menentang kekuatan anti-demokrasi,” ungkap pernyataan tersebut. Menurut Achim Zolke, juru bicara Universitas Heinrich Heine di Düsseldorf yang mempelopori gerakan ini, semakin banyak universitas yang bergabung setiap jamnya.
Silke Engel, juru bicara Universitas Potsdam, turut mengkritik perubahan yang terjadi dalam pengoperasian dan fungsionalitas platform X. Dia menyoroti masalah dengan algoritma yang dapat mengganggu distribusi informasi, sehingga berdampak pada diskusi yang dihasilkan. Engel juga mencatat kekurangan dalam pengawasan yang diklaim dilakukan atas nama kebebasan berbicara, yang akhirnya mendorong munculnya ujaran kebencian, disinformasi, dan manipulasi.
Di antara universitas yang dongkrak keputusan untuk meninggalkan X, terdapat nama-nama terkemuka seperti Universitas Dusseldorf Heinrich Heine, Universitas Freie Berlin, Universitas Humboldt, serta Universitas Heidelberg. Universitas lainnya termasuk Universitas Muenster, Universitas RWTH Aachen, Universitas Olahraga Jerman Cologne, dan Universitas Eropa Viadrina Frankfurt (Oder).
Langkah kolektif dari institusi pendidikan ini terjadi di tengah dukungan vokal Elon Musk terhadap partai politik sayap kanan, Alternatif untuk Jerman (AfD), yang menuai banyak kritik dari pemimpin Jerman. Tindakan Musk dianggap sebagai intervensi dalam proses pemilu Jerman yang akan berlangsung dalam waktu dekat.
Sejak Elon Musk mengambil alih X dan mengurangi kontrol terhadap konten disinformasi dan ujaran kebencian, platform tersebut telah mengalami penurunan jumlah pengguna yang signifikan. Para akademisi dan ahli pendidikan menilai sungguh penting bagi lembaga pendidikan untuk menegakkan standar etika dan moral, terutama di era di mana media sosial berperan penting dalam pembentukan opini dan informasi publik.