Ekspansi operator taksi asal Vietnam, Xanh SM, di Indonesia diperkirakan akan memberikan dampak signifikan terhadap penjualan mobil listrik yang diproduksi oleh perusahaan induknya, VinFast. Menurut Direktur Eksekutif Lembaga Kajian Persaingan dan Kebijakan Usaha (LKPU) Universitas Indonesia, Ditha Wiradiputra, kehadiran Xanh SM sebagai alternatif baru dalam bisnis taksi sangat menarik perhatian. Xanh SM, yang merupakan anak usaha dari Vingroup, memiliki model bisnis yang bisa mendongkrak penjualan mobil listrik di pasar otomotif Indonesia.
“Perusahaan taksi baru ini mempunyai model bisnis yang bisa dikatakan menarik, karena sesungguhnya perusahaan taksi ini adalah sebuah perusahaan otomotif di negara asalnya, dalam hal ini Vietnam,” ungkap Ditha dalam keterangannya, Minggu (26/1/2025). Dengan memperkenalkan layanan taksi menggunakan mobil listrik, Xanh SM diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat akan keberadaan mobil listrik, serta mendorong adopsi teknologi ramah lingkungan ini.
Sebagai bagian dari strategi ekspansi, Xanh SM resmi beroperasi di Indonesia pada 18 Desember 2024, dengan layanan yang awalnya difokuskan pada area Jakarta Pusat dan Jakarta Selatan. Setiap kendaraan yang digunakan dalam layanan taksinya adalah mobil listrik VinFast. Perusahaan ini bertujuan untuk mengoperasikan hingga 100.000 unit kendaraan listrik, termasuk sepeda motor listrik dan unit yang dikelola oleh mitra perusahaan. Saat ini, Xanh SM telah berhasil memperluas jangkauannya ke 54 dari 63 provinsi dan kota di Vietnam, menjadikannya salah satu pemain utama dalam industri transportasi berbasis listrik di negara tersebut.
Ditha juga menekankan bahwa kehadiran Xanh SM di pasar taksi memberikan potensi untuk meningkatkan penjualan VinFast di Indonesia, yang saat ini masih banyak dikuasai oleh produsen mobil listrik dari China. “Pangsa pasar mobil listrik Tanah Air telah lebih dulu dimasuki oleh China, dan upaya ini bisa menjadi salah satu cara untuk membuat penjualan suatu produk seakan-akan tinggi,” jelasnya.
Namun, strategi ini bukan tanpa tantangan. Ditha mengingatkan bahwa pengusaha taksi lokal harus menjaga keberlangsungan bisnis mereka agar tidak terganggu oleh praktik-praktik baru dari perusahaan otomotif, seperti yang terjadi dengan Xanh SM. “Mungkin itu strategi yang baik-baik saja, cuman dia harus memikirkan dampaknya bagi pasar. Jangan sampai mengganggu atau mempunyai dampak yang tidak baik terhadap bisnis ride hailing,” ujarnya.
Melihat potensi pertumbuhan pasar untuk mobil listrik di Indonesia, pemerintah diharapkan untuk menyiapkan regulasi yang tepat mengenai model bisnis baru yang diperkenalkan oleh Xanh SM. Regulasi yang baik akan melindungi kepentingan semua pihak, termasuk pengemudi taksi lokal dan konsumen.
Dalam konteks ini, Xanh SM tidak hanya membawa inovasi ke sektor transportasi di Indonesia, tetapi juga dapat memberikan kontribusi terhadap perkembangan industri otomotif nasional. Dengan meningkatnya kesadaran akan pentingnya penggunaan kendaraan listrik, langkah Xanh SM dapat dianggap sebagai bagian dari upaya untuk mendukung transisi menuju mobilitas yang lebih berkelanjutan dan ramah lingkungan di Tanah Air.