
Pembangunan pabrik mobil listrik BYD di Kawasan Industri Subang Smartpolitan, Jawa Barat, menghadapi tantangan serius akibat aksi premanisme yang berkedok organisasi kemasyarakatan (ormas). Tantangan ini diungkapkan oleh Wakil Ketua MPR RI, Eddy Soeparno, saat kunjungan kerjanya ke pusat perakitan BYD di Shenzen, China. Menurutnya, gangguan ini berpotensi menciptakan ketidakstabilan dalam iklim investasi di Indonesia, yang pada akhirnya dapat membuat investor enggan berinvestasi di negara ini.
Eddy Soeparno menjelaskan melalui akun Instagramnya, “Sempat ada permasalahan terkait premanisme ormas yang mengganggu pembangunan dari sarana produksi BYD. Saya kira itu harus tegas, pemerintah perlu tegas untuk menangani permasalahan ini.” Dalam konteks investasi, jaminan keamanan bagi investor menjadi hal yang sangat fundamental. Ia menegaskan, “Jangan sampai kemudian investor datang ke Indonesia dan merasa tidak mendapatkan jaminan keamanan.”
Meskipun dihadapkan dengan gangguan tersebut, PT BYD Motor Indonesia tetap menyatakan komitmennya untuk menyelesaikan pembangunan pabrik di Subang. Luther T. Panjaitan, Head of Marketing, PR & Government BYD Indonesia, mengonfirmasi bahwa pembangunan pabrik masih berlangsung dan diharapkan rampung pada akhir tahun ini. Ia menjelaskan, “Tentu, itu kan jadi komitmen BYD kepada pemerintah untuk menyelesaikan pabrik kami itu maksimal akhir tahun 2025.”
Pabrik ini dirancang untuk memproduksi 150.000 unit mobil listrik per tahun. Subang Smartpolitan, tempat dimana pabrik ini dibangun, dikelola oleh PT Suryacipta Swadaya, yang merupakan anak perusahaan dari PT Surya Semesta Internusa Tbk. Dengan investasi lebih dari US$1 miliar, atau sekitar Rp16,8 triliun, BYD berharap pabrik ini akan meningkatkan posisi Indonesia sebagai pemasok mobil listrik di pasar global.
Dalam rangka mendukung pengembangan industri lokal, BYD juga telah menghadirkan lima model mobil di Indonesia, meski saat ini semua model tersebut masih diimpor secara utuh dari China. Model-model tersebut mencakup BYD M6 (MPV), BYD Atto 3 dan Sealion 7 (SUV), serta hatchback BYD Dolphin dan sedan BYD Seal. Ke depannya, diharapkan pabrik di Subang dapat memproduksi model-model tersebut secara lokal, guna meningkatkan pasokan dan menekan biaya.
Namun, gangguan dari segi keamanan ini jelas bisa menjadi penghalang bagi investor baru yang ingin memasuki pasar Indonesia. Dengan kondisi seperti ini, pemerintah dituntut untuk bertindak tegas demi memberikan rasa aman bagi para investor yang akan berinvestasi di sektor industri. Hal ini penting agar Indonesia tetap menjadi tujuan investasi yang menjanjikan dan tidak kehilangan potensi yang bisa dihasilkan oleh proyek-proyek besar seperti pabrik BYD.
Oleh karena itu, keseriusan pemerintah dalam menangani permasalahan premanisme dan membantu menghadirkan lingkungan investasi yang aman adalah kunci untuk menarik lebih banyak investor. Perlindungan yang memadai bagi investor dan perusahaan-perusahaan yang beroperasi di Indonesia akan menjadi modal utama dalam membangun citra baik di kalangan pelaku bisnis global.