VinFast, pabrikan mobil listrik asal Vietnam, kini tengah menjadi sorotan setelah laporan mengenai praktik kerja yang dianggap tidak manusiawi di pabrik mereka. Fasilitas produksi yang berlokasi di Vietnam dilaporkan melakukan praktik penguncian terhadap karyawan, dengan tujuan untuk memastikan tenggat waktu proyek terpenuhi. Informasi ini terungkap melalui banyak sumber, termasuk seorang whistleblower, Hazar Denli, yang mengungkapkan pengalamannya bekerja di perusahaan tersebut.
Menurut laporan dari Carscoops, Denli menyatakan bahwa saat pandemi COVID-19, pihak manajemen VinFast mengunci pabrik dan memaksa karyawan untuk tinggal menginap demi mencapai target yang ditetapkan. “Bayangkan jika majikan Anda mengunci Anda di tempat kerja selama akhir pekan untuk memastikan Anda memenuhi tenggat waktu. Terdengar seram, bukan?” ungkapnya dalam sebuah pernyataan. Ia pun kehilangan pekerjaan setelah mengemukakan kekhawatiran mengenai keselamatan di perusahaan tersebut, yang dia nilai mengabaikan standar keamanan dalam pengembangan produknya.
Beberapa poin kekhawatiran utama yang diungkapkan Denli mencakup:
Praktik Penguncian: Pekerja dilaporkan dikunci di pabrik semalaman untuk memaksakan mereka bekerja lebih lama, dengan beberapa kejadian di mana mereka dilarang meninggalkan pabrik saat dalam perjalanan menuju bandara.
Keamanan Produk: Denli mengklaim bahwa produk yang dihasilkan tidak dirancang dengan baik, sehingga berisiko tinggi untuk keselamatan pengendara. “Saya tidak akan membiarkan teman atau keluarga saya mengemudikan mobil tersebut,” tegas Denli.
- Budaya Kerja yang Memprihatinkan: Sumber anonim yang dihubungi oleh The Times turut menambah informasi, mengklaim bahwa penguncian adalah hal umum dalam budaya kerja di VinFast. Para pekerja merasa tertekan untuk memenuhi ekspektasi tinggi dari manajemen.
VinFast, yang bekerja sama dengan Tata Technologies Limited dalam pengembangan produk mereka, harus menghadapi tuduhan serius ini. Meskipun Denli dan sumber lain mengaku memiliki bukti terhadap praktik ini, VinFast dan Tata Group belum memberikan pernyataan resmi terkait tuduhan tersebut. Kejadian ini semakin menambah masalah bagi VinFast yang belum lama ini berusaha untuk mengukuhkan posisi mereka di pasar mobil listrik global.
Denli, yang kini bekerja di Jaguar Land Rover, telah mengajukan tuntutan hukum terhadap pemecatan yang ia anggap sebagai tindakan tidak adil setelah mengungkapkan masalah tersebut. Tuduhan ini memicu perdebatan yang lebih luas mengenai kondisi kerja di industri otomotif, terutama di negara-negara berkembang seperti Vietnam, di mana standar keselamatan dan etika kerja sering kali terabaikan demi mengejar target produksi.
Belum ada kesimpulan jelas mengenai situasi ini, namun kasus ini seharusnya mendorong pihak berwenang dan masyarakat untuk lebih memperhatikan kondisi kerja di pabrik-pabrik, terutama yang berkaitan dengan keselamatan dan kesejahteraan karyawan. Seiring dengan meningkatnya popularitas kendaraan listrik, penting bagi konsumen untuk mempertimbangkan tidak hanya inovasi teknologi tetapi juga etika di balik produksi kendaraan-kendaraan tersebut.