Moeldoko Ungkap Pabrik VinFast di Subang Terjadi Gangguan Ormas

Perkumpulan Industri Kendaraan Listrik Indonesia (Periklindo) memberikan perhatian khusus terhadap isu premanisme yang mengganggu investasi asing di sektor kendaraan listrik di Tanah Air. Ketua Umum Periklindo, Moeldoko, menyampaikan bahwa gangguan ini tidak hanya terjadi di pabrik mobil listrik BYD asal China yang terletak di Subang, tetapi juga mengancam pabrik VinFast asal Vietnam yang sedang dibangun di lokasi yang sama.

Moeldoko mengungkapkan, "Saya pernah mendapat laporan, seperti VinFast juga pernah melaporkan ada gangguan-gangguan, namun saya sudah bantu untuk komunikasikan ke wilayah setempat." Pabrik VinFast yang sedang dibangun di Subang, Jawa Barat, merupakan pabrik pertama mereka di Indonesia, berdiri di atas lahan seluas 170 hektare dengan investasi awal sekitar US$200 juta atau setara dengan Rp3,2 triliun. Dengan kapasitas produksi sebesar 50.000 unit mobil listrik per tahun, pabrik ini mencakup beberapa area produksi utama termasuk Body Shop, General Assembly Shop, Paint Shop, dan area pengujian, serta dijadwalkan beroperasi pada kuartal IV/2025.

Dalam pernyataannya, Moeldoko menegaskan pentingnya menjaga iklim investasi yang kondusif bagi investor yang telah menanamkan modal di Indonesia. “Kami mengimbau supaya di tengah situasi iklim dunia usaha yang perlu perhatian, maka semua masyarakat Indonesia harus menciptakan iklim investasi yang baik, jangan sampai pengangguran makin banyak,” tambahnya. Hal ini mengindikasikan bahwa jika masalah premanisme berkedok ormas tidak segera ditangani, investor dapat memilih untuk hengkang, yang pada akhirnya akan berdampak pada peningkatan angka pengangguran di negara ini.

Aksi premanisme ini senada dengan apa yang dialami oleh pabrik BYD, yang juga menghadapi gangguan serupa. Wakil Ketua MPR RI, Eddy Soeparno, dalam kunjungan kerjanya ke pabrik BYD di Shenzhen, China, menyatakan pentingnya penanganan tegas terhadap premanisme yang menghalangi pengembangan sarana produksi. "Sempat ada permasalahan terkait premanisme ormas yang mengganggu pembangunan dari sarana produksi BYD," ujar Eddy melalui akun Instagramnya.

Beberapa poin yang disampaikan oleh para pejabat terkait situasi ini antara lain:

  1. Pengaruh Premanisme: Aksi premanisme ormas dapat mengganggu iklim investasi dan menakut-nakuti investor yang ingin berinvestasi di Indonesia.
  2. Dampak terhadap Pekerjaan: Ketidakhadiran jaminan keamanan bagi investor dapat berujung pada peningkatan angka pengangguran.
  3. Perlunya Tindakan Tegas: Moeldoko dan Eddy Soeparno sepakat bahwa tindakan tegas perlu diambil untuk menghentikan aksi premanisme demi mempertahankan iklim investasi yang positif.

Pabrik BYD sendiri berencana membangun fasilitas manufaktur dengan kapasitas produksi mencapai 150.000 unit mobil listrik per tahun, dengan investasi yang signifikan mencapai lebih dari US$1 miliar atau sekitar Rp16,8 triliun. Kesamaan lokasi pembangunan antara pabrik VinFast dan BYD yang terletak di Subang, hanya memperkuat tantangan yang dihadapi oleh kedua perusahaan dalam membangun fasilitas produksi di Indonesia.

Kesimpulannya, masalah premanisme yang berakar dari ormas menjadi ancaman serius bagi perkembangan industri kendaraan listrik di Indonesia. Upaya koordinasi antara pemerintah, investor, dan masyarakat sangat diperlukan untuk menciptakan iklim investasi yang aman dan stabil, sehingga dapat mendorong pertumbuhan ekonomi dan menciptakan lapangan kerja baru di sektor ini.

Berita Terkait

Back to top button