Presiden Donald Trump baru-baru ini mengumumkan langkah strategis dengan mencabut insentif untuk kendaraan listrik dan pendanaan yang sebelumnya dialokasikan oleh pemerintahan Biden. Kebijakan ini menandakan potensi akhir dari era dukungan federal yang kuat terhadap mobil listrik di Amerika Serikat.
Pada awal kepresidenan Biden, pemerintah mengalokasikan dana sebesar $7,5 miliar untuk pembangunan infrastruktur stasiun pengisian kendaraan listrik. Langkah tersebut dimaksudkan untuk mendorong transisi menuju penggunaan kendaraan ramah lingkungan dan mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil. Namun, menurut laporan dari The Drive, Trump secara formal menghentikan penyaluran dana ini melalui perintah eksekutifnya yang berjudul "Unleashing American Energy".
Meskipun banyak hibah telah disalurkan kepada negara bagian dan kota selama 17 bulan terakhir, kebijakan terbaru ini menciptakan ketidakpastian di kalangan pengembang infrastruktur mobil listrik. Perwakilan AS Zoe Lofgren menyatakan, "Presiden tidak memiliki wewenang untuk menahan dana yang telah dialokasikan oleh Kongres—ini sepenuhnya tidak konstitusional." Dia menambahkan bahwa kebijakan ini bisa memicu krisis keuangan bagi banyak proyek yang sebelumnya direncanakan.
Dampak dari keputusan ini dirasakan tidak hanya di Amerika Serikat, tetapi juga di negara lain, termasuk Indonesia, di mana beberapa mobil listrik yang terkenal, seperti Toyota bZ4x dan Nissan Leaf, merupakan produk yang diproduksi di AS. Kebijakan yang membatasi dukungan terhadap industri mobil listrik di AS bisa berimbas pada ketersediaan dan harga dari produk-produk tersebut di pasar internasional.
Berikut beberapa poin penting mengenai situasi ini:
Penghentian Insentif: Trump menghentikan dana yang dialokasikan untuk pembangunan infrastruktur kendaraan listrik, berpotensi menghentikan kemajuan yang telah dicapai sejauh ini.
Ketidakpastian di Kalangan Pengembang: Banyak proyek yang telah memperoleh hibah kini menghadapi risiko tidak tahu apakah mereka bisa terus berlangsung.
Reaksi Anggota Kongres: Anggota Kongres dari Partai Demokrat menunjukkan kekhawatiran kepada publik mengenai kemungkinan potensi pencabutan bukti dukungan bipartisan yang telah ada dalam anggaran sebelumnya.
Dampak Jangka Panjang: Sulit untuk memprediksi bagaimana kebijakan ini akan mempengaruhi industri otomotif AS dalam jangka panjang. Kini, negara yang dulu diprediksi menjadi pelopor dalam kendaraan listrik tampak mengalami penurunan semangat inovasi.
- Kaitannya dengan Indonesia: Mengingat beberapa mobil listrik yang ada di AS sudah hadir di Indonesia, kebijakan yang menghambat perkembangan industri ini di AS bisa berdampak pada pengembangan pasar mobil listrik di Indonesia.
Sebagai hasilnya, langkah penghapusan insentif dan penetapan kebijakan yang lebih mendukung energi tradisional ini menciptakan tantangan signifikan bagi industri mobil listrik. Jika kebijakan ini terus diterapkan, akan sulit bagi AS untuk mempertahankan posisinya sebagai pemimpin dalam pengembangan teknologi kendaraan listrik. Transformasi menuju mobilitas yang lebih ramah lingkungan kini terancam, membangkitkan kekhawatiran akan dampaknya pada kebijakan lingkungan hidup dan inisiatif energi berkelanjutan di tahun-tahun mendatang.