Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, Anindya Bakrie, baru-baru ini mengungkapkan bahwa Indonesia memiliki potensi besar untuk memasok material baterai kendaraan listrik ke Amerika Serikat (AS) dan negara-negara Barat lainnya. Dalam penjelasannya, Anindya menekankan bahwa ambisi Indonesia tidak hanya sekadar wacana, tetapi telah terbukti melalui berbagai kontrak pasokan yang telah dilakukan oleh perusahaan-perusahaan Indonesia.
"Indonesia sudah membuktikannya. Banyak perusahaan Indonesia yang sudah memasok tidak hanya ke China dengan teknologi canggihnya, tetapi juga ke Eropa melalui Eramet dan Volkswagen, serta ke AS melalui Ford," ungkap Anindya. Dengan pemenuhan standar kualitas dan kemampuan yang dimiliki, ia optimis pada September 2025 Indonesia dapat memenuhi standar besar seperti Exponential Moving Average (EMA) 50.
Potensi Indonesia untuk berperan dalam industri kendaraan listrik global semakin menguat, terutama dengan kebutuhan mendesak negara-negara Barat, termasuk AS dan Eropa, akan material baterai berbasis nikel. "Kami memahami bahwa Eropa dan Amerika Serikat membutuhkan material baterai berbasis nikel," jelasnya.
Dalam konteks ini, Anindya juga menekankan pentingnya kerjasama internasional yang seimbang. AS saat ini melakukan investasi besar-besaran di sektor kendaraan listrik, yang bisa menjadi peluang emas bagi Indonesia untuk menyalurkan material dan perangkat keras yang diperlukan. Meskipun Indonesia belum memiliki perjanjian perdagangan bebas (FTA) dengan AS, Anindya merasa bahwa potensi keuntungan dan kerjasama yang saling menguntungkan bisa tercipta.
Dalam hal sumber daya alam, Indonesia memiliki cadangan mineral strategis dengan 22% cadangan nikel dunia. Selain nikel, Indonesia juga memiliki bauksit, timah, dan tembaga yang termasuk dalam lima besar di dunia. Dengan potensi ini, Indonesia berada di posisi yang baik untuk menjadi pemasok utama material baterai ke pasar internasional.
Berikut adalah beberapa poin penting mengenai potensi Indonesia dalam industri baterai EV:
- Ketersediaan Sumber Daya Alam: Dengan 22% cadangan nikel dunia, Indonesia memiliki keunggulan dalam pengolahan material baterai.
- Energi Terbarukan: Indonesia memiliki potensi energi terbarukan yang signifikan, termasuk panas bumi, hidro, tenaga surya, dan angin. Pemerintah menargetkan pembangunan pembangkit listrik sebesar 100 gigawatt dalam 15 tahun ke depan, di mana 75% berasal dari energi terbarukan.
- Hasil Biodiversitas: Kekayaan biodiversitas Indonesia, termasuk hutan dan lahan gambut, bisa menjadi sumber pendanaan untuk inisiatif hilirisasi bahan baku.
- Pasar Besar: Dengan populasi 285 juta jiwa dan total populasi Asia Tenggara mencapai 800 juta jiwa, Indonesia memiliki pasar yang sangat menjanjikan untuk produk dan teknologi terkait kendaraan listrik.
Anindya juga menegaskan bahwa keberadaan sumber daya alam yang melimpah, dikombinasikan dengan potensi energi terbarukan, menjadikan Indonesia sebagai mitra strategis di masa depan bagi negara-negara yang menerapkan teknologi kendaraan listrik. Dengan langkah positif ini, Indonesia berpeluang untuk menjadi pemain utama dalam perlombaan global menuju transisi energi hijau.