Honda dan Nissan telah resmi mengumumkan bahwa mereka kini sedang dalam proses negosiasi untuk menggabungkan perusahaan, sebuah langkah yang jika terwujud akan menjadikan mereka produsen mobil terbesar ketiga di dunia, setelah Toyota dan Volkswagen. Langkah awal dari kemitraan ini dimulai pada Maret lalu saat kedua raksasa otomotif Jepang ini menandatangani memorandum of understanding (MOU) untuk pengembangan kendaraan listrik. Kini, berita tersebut menjadi semakin konkret dengan penandatanganan MOU baru yang menargetkan penggabungan penuh.
Dari laporan yang dilansir publikasi bisnis Jepang, Nikkei, terungkap bahwa keduanya berharap dapat menyelesaikan semua detail dari merger ini pada Juni tahun depan. Namun, proses ini diharapkan tidak akan berjalan mulus tanpa hambatan. Batas waktu diharapkan tidak melewati Agustus 2026 untuk sepenuhnya menyatukan kedua perusahaan. Dalam sebuah pernyataan, CEO Nissan, Makoto Uchida, mengungkapkan bahwa ini adalah momen penting yang dapat membentuk masa depan bisnis kedua perusahaan. Dia menambahkan, “Dengan menyatukan kekuatan kedua perusahaan, kami dapat memberikan nilai yang tak tertandingi kepada pelanggan di seluruh dunia.”
Walaupun langkah ini menjanjikan, detail spesifik mengenai struktur kepemilikan atau proses penyerahan belum dibagikan secara terbuka. Namun, kedua perusahaan mempertimbangkan beberapa cara kolaborasi, termasuk standardisasi platform kendaraan dan powertrain, berbagi biaya riset dan pengembangan (R&D), serta menciptakan rantai pasokan yang lebih efisien.
Satu informasi menarik yang muncul adalah Honda dan Nissan juga telah mengikat MOU terpisah dengan Mitsubishi, yang memberikan opsi bagi Mitsubishi untuk terlibat lebih dalam rencana ini, terutama karena Nissan adalah pemegang saham mayoritas Mitsubishi. Namun, situasi ini menjadi rumit dengan keberadaan Renault, yang kini memegang sekitar 36% saham Nissan. Hubungan antara Renault dan Nissan telah berkembang menjadi lebih rumit selama beberapa tahun terakhir, yang bisa mempengaruhi langkah merger ini.
Beberapa faktor mendasari keputusan kedua perusahaan untuk bergabung. Salah satunya adalah kebutuhan untuk mengembangkan kendaraan listrik (EV) secara lebih agresif, khususnya untuk pasar China yang merupakan pasar EV terbesar di dunia. Penjualan mobil Jepang di China dilaporkan menurun, dan konsolidasi sumber daya antara Honda dan Nissan berpotensi memungkinkan mereka untuk menawarkan produk yang lebih kompetitif dan terjangkau.
Secara keseluruhan, prospek merger Honda dan Nissan ini memberikan harapan akan inovasi serta kolaborasi yang lebih baik bagi pelanggan di seluruh dunia. Dengan langkah ini, kedua perusahaan bertujuan untuk memperkuat posisi mereka di pasar otomotif global serta menghadapi tantangan yang semakin kompleks di industri otomotif, terutama dalam hal elektrifikasi dan keberlanjutan. Bagi konsumen, kolaborasi ini bisa berarti lebih banyak pilihan kendaraan listrik yang terjangkau dan modern di masa depan.
Menarik untuk mengikuti perkembangan berikutnya dari negosiasi ini, terutama terkait bagaimana kedua perusahaan akan mengatasi tantangan regulasi serta persaingan di pasar otomotif global yang semakin ketat.