Otomotif

Gaikindo: Tantangan Industri Otomotif dan Target Penjualan 2025

Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) mengungkapkan serangkaian tantangan yang dihadapi industri otomotif nasional menjelang 2025. Dalam pernyataan yang disampaikan oleh Ketua I Gaikindo, Jongkie Sugiarto, kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi 12% serta pengenalan pungutan opsen pajak menjadi faktor signifikan yang berpotensi menekan angka penjualan mobil ke depannya. Di tengah rencana target penjualan mobil yang menembus angka satu juta unit pada 2025, situasi ini menimbulkan dilema.

Jongkie menegaskan, "Kalau bisa sih satu juta, ya kan, kenapa tidak? Cuma kan ini masalah kenaikan PPN yang sudah pasti ada." Hal ini merujuk pada kebijakan baru yang memberikan hak kepada pemerintah daerah untuk mengenakan pungutan opsen pajak, yang diatur dalam Undang-Undang No 1 Tahun 2022 mengenai Hubungan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (HKPD).

Dalam implementasinya, pungutan opsen pajak akan berlaku terhadap Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB). Sementara itu, di tingkat provinsi, pajak mineral bukan logam dan batuan (MBLB) juga akan dikenakan opsen dengan tarif yang bervariasi, yakni 66% untuk PKB dan BBNKB, serta sebesar 25% untuk MBLB. Namun, Jongkie menekankan perlunya ketegasan dari pemerintah daerah dalam keputusan untuk menerapkan pungutan ini. "Kalau ada beberapa Pemda yang menerapkan, harga jual mobil bisa naik dan bisa menjadi penghalang bagi konsumen untuk membeli," jelasnya.

Selain tantangan kebijakan pajak, terdapat sejumlah faktor lain yang dapat mempengaruhi penjualan mobil, antara lain:

  1. Tingkat Suku Bunga: Suku bunga Bank Indonesia (BI) yang saat ini berada di angka 6% berpotensi mengurangi daya beli masyarakat.

  2. Nilai Tukar Rupiah: Pertukaran mata uang yang melemah, kini mencapai Rp16.281 per dolar AS, dapat memicu lonjakan harga mobil, terutama yang tergantung pada impor komponen.

  3. Kondisi Ekonomi Global dan Domestik: Fluktuasi dalam ekonomi baik domestik maupun global turut berperan dalam menentukan stabilitas industri otomotif.

Dalam konteks penjualan mobil pada tahun 2024, meskipun mengalami penurunan 13,9% secara tahunan, total penjualan mobil secara wholesales tercatat sebanyak 865.723 unit. Penjualan ritel juga menunjukkan penurunan sebesar 10,9%, dengan total 889.680 unit. Meskipun jumlah tersebut lebih rendah dari target Gaikindo yang direvisi menjadi 850.000 unit, tetap saja pencapaian ini dianggap positif mengingat situasi pasar yang menantang.

Dalam pandangannya, Jongkie berharap penjualan dapat pulih dan bahkan melampaui target satu juta unit di masa depan. "Ini kan baru awal tahun, kita belum tahu bagaimana perjalanannya. Harapannya, kita bisa kembali ke angka satu juta, bahkan mungkin di atas itu," tuturnya, menyiratkan optimisme dan harapan di tengah tantangan yang kian bertambah.

Dengan berbagai tantangan yang ada, industri otomotif Indonesia harus terus beradaptasi dan mencari solusi untuk mendorong penjualan serta memenuhi harapan konsumen di tahun-tahun mendatang.

Hendro Wijaya adalah penulis di situs cungmedia.com. Cung Media adalah portal berita dan media online yang menyajikan informasi terkini, menarik, dan viral seputar peristiwa lokal hingga nasional dengan gaya yang informatif dan mudah diakses.

Berita Terkait

Back to top button