Ferrari Ungkap Tantangan Penjualan Mobil Mewah di Ekonomi Lesu

PT Eurokars Prima Utama (EPU), agen pemegang merek Ferrari di Indonesia, baru-baru ini mengungkapkan tantangan yang dihadapinya dalam menjual mobil mewah di tengah kondisi ekonomi yang lesu. General Manager EPU, Nini Chiandra, menyatakan bahwa dampak darilesunya ekonomi ini dirasakan tidak hanya oleh sektor otomotif tetapi juga sektor-sektor lainnya. "Setiap tahun kita menghadapi tantangan dalam bisnis ini; jika tahun ini satu masalah, tahun depan bisa jadi ada masalah lagi," jelas Nini yang dilansir pada 24 Maret 2025.

Kondisi ekonomi makro yang memburuk juga dipengaruhi oleh pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Pada 24 Maret 2025, nilai tukar rupiah tercatat pada Rp16.561 per dolar AS, yang membuat biaya impor kendaraan mewah semakin tinggi. Semua unit mobil Ferrari yang dijual di Indonesia diimpor secara utuh (completely built up/CBU) dari Italia, sehingga fluktuasi nilai tukar sangat berpengaruh terhadap harga jual.

Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) menunjukkan adanya penurunan, dari 127,2 pada Januari 2025 menjadi 126,4 pada Februari 2025. Penurunan ini mengindikasikan adanya keengganan konsumen untuk melakukan pembelian besar di tengah ketidakpastian ekonomi. Badan Pusat Statistik (BPS) juga mencatat bahwa Indonesia mengalami deflasi pada bulan yang sama. Kondisi ini makin memperkeruh situasi penjualan mobil mewah di Tanah Air.

Nini Chiandra berharap agar kondisi perekonomian segera membaik sehingga penjualan otomotif, termasuk Ferrari, bisa kembali meningkat. Ia menekankan bahwa semua merek otomotif, tidak hanya Ferrari, merasakan dampak yang sama terhadap nilai tukar dan kondisi perekonomian. "Kami berharap semua tetap berjalan lancar, sehingga kami bisa tetap berjualan," ujar Nini.

Meskipun tantangan ini ada, Ferrari tetap optimis. Nini menegaskan bahwa produk-produk Ferrari masih memiliki pangsa pasar di Indonesia, terutama di kalangan konsumen kelas premium. "Kami tetap positif, karena pencinta Ferrari di Indonesia tetap ada," tambahnya. Ngomong-ngomong soal produk, Ferrari baru saja meluncurkan model terbaru, Ferrari 12Cilindri, yang dibekali mesin V12. Mesin ini diklaim mampu melesat dari 0 hingga 100 km/jam dalam waktu 2,9 detik dan dari 0-200 km/jam dalam waktu 7,9 detik. Dengan tenaga puncak mencapai 830 CV dan kecepatan tertinggi lebih dari 340 km/jam, model ini diharapkan dapat menarik perhatian konsumen meskipun harga akan bervariasi tergantung kustomisasi.

Berikut adalah beberapa tantangan dan faktor yang mempengaruhi penjualan mobil mewah, khususnya Ferrari, di Indonesia:

  1. Pelemahan Nilai Tukar: Nilai tukar rupiah yang melemah berakibat pada biaya impor yang tinggi.

  2. Indeks Keyakinan Konsumen: Penurunan IKK menunjukkan keengganan konsumen membeli barang mahal seperti mobil mewah.

  3. Deflasi: Kondisi deflasi di Indonesia memperburuk daya beli masyarakat.

  4. Pesaing Otomotif: Semua merek otomotif menghadapi tantangan yang sama, sehingga persaingan semakin ketat.

Ferrari optimistis bahwa produk mereka tetap diminati oleh konsumen dengan segmentasi yang tepat. Dengan segmentasi yang ditujukan untuk kelas premium, Ferrari berusaha untuk tetap relevan meskipun tantangan ekonomi terus menghantui. Diharapkan, langkah-langkah yang diambil oleh perusahaan dapat memulihkan kinerja bisnis di sektor mobil mewah.

Berita Terkait

Back to top button