China Siap Kuasai Proyek Ekosistem EV di RI, Gantikan Korsel!

Mundurnya LG Energy Solution dari proyek investasi ekosistem kendaraan listrik (EV) di Indonesia tak menghambat langkah pemerintah untuk terus mendorong pengembangan sektor ini. Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menyatakan bahwa Huayou, perusahaan asal Tiongkok yang berfokus pada industri baterai, siap mengambil alih peran tersebut dan menjamin kelanjutan proyek yang tengah berjalan.

Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menjelaskan bahwa dalam konsorsium investasi, pergantian investor adalah hal yang umum. "Yang penting, target kita tetap tercapai dan tidak ada proyek yang berhenti," ungkapnya dalam keterangan resmi pada Kamis, 24 April 2025. Keberadaan Huayou diharapkan dapat memperkuat rantai pasok dan mendukung hilirisasi industri baterai di dalam negeri.

Berikut beberapa poin penting mengenai pergeseran investasi dalam ekosistem EV di Indonesia:

  1. Kedatangan Huayou: Huayou, yang berbasis di Zhejiang, Tiongkok, mengkhususkan diri dalam pengembangan dan manufaktur material baterai lithium-ion dan kobalt. Kehadirannya diharapkan mampu mempercepat transformasi industri baterai nasional.

  2. Produksi Baterai Dalam Negeri: Meskipun LG mundur, PT HLI Green Power, yang merupakan kolaborasi antara Hyundai dan LG, telah memulai produksi tahap awal dengan kapasitas 10 GWh dan nilai investasi sebesar USD 1,1 miliar. Ini menunjukkan bahwa industri baterai di Indonesia tetap memiliki potensi untuk berkembang meskipun terjadinya perubahan dalam komposisi investor.

  3. Kontribusi Perusahaan Lain: Selain Huayou, PT Hyundai Energy Indonesia dan PT Gotion Green Energy juga aktif berkontribusi dalam pengembangan baterai EV. Upaya kolaboratif dari berbagai perusahaan diharapkan akan memajukan kemampuan industri dalam negeri dan mendukung produksi kendaraan listrik.

  4. Target Produksi hingga 2030: Pemerintah menegaskan komitmennya untuk mencapai target produksi 9 juta motor listrik dan 600 ribu mobil/bus listrik pada tahun 2030. Langkah ini dirancang untuk menurunkan konsumsi bahan bakar minyak hingga 21,65 juta barel dan mengurangi emisi karbon dioksida sebanyak 7,9 juta ton.

  5. Inovasi Daur Ulang Baterai: Dalam upaya keberlanjutan, Kemenperin juga mendorong teknologi daur ulang baterai, sehingga industri ini bisa mandiri dan berkelanjutan di masa depan. Menperin Agus Gumiwang menegaskan pentingnya inovasi untuk menciptakan siklus hidup produk yang lebih baik.

Negosiasi yang alot menjadi faktor penyebab mundurnya LG dari proyek yang bernilai USD 9,8 juta ini. Namun, dengan masuknya investor baru, harapan untuk menjadikan Indonesia sebagai pusat ekosistem kendaraan listrik di Asia masih terbuka lebar. Keterlibatan Huayou dan perusahaan lainnya dalam pengembangan industri baterai dalam negeri menunjukkan kemajuan yang signifikan, serta memberikan peluang bagi Indonesia untuk bertransformasi menuju era kendaraan listrik.

Melihat kondisi ini, Indonesia tengah berada di jalur yang tepat untuk memperkuat posisi sebagai pemain utama dalam industri kendaraan listrik global, terutama melalui pengembangan teknologi dan industri pendukung yang kuat. Ke depan, diharapkan semua pihak dapat berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama dalam menciptakan lingkungan yang lebih hijau dan berkelanjutan.

Berita Terkait

Back to top button