APM Impor Mobil dari Thailand: Krisis Otomotif Melanda!

Sederet agen pemegang merek (APM) otomotif di Indonesia kini menghadapi tantangan signifikan akibat krisis otomotif yang melanda Thailand, yang merupakan salah satu pemasok utama kendaraan di Indonesia. Penjualan mobil di Thailand pada tahun 2024 mengalami penurunan drastis hingga mencapai titik terendah dalam kurun waktu 15 tahun. Data terbaru dari Federasi Industri Thailand menunjukkan bahwa total penjualan mobil domestik hanya mencapai 572.675 unit, menyusut 26% secara tahunan (year on year) dibandingkan tahun sebelumnya. Angka ini menjadi yang terendah sejak 2009, menandakan krisis yang mendalam dan berdampak luas terhadap reputasi Thailand sebagai pusat industri otomotif di Asia Tenggara.

Di Indonesia, sejumlah APM yang terus mengimpor mobil dari Thailand di tengah krisis ini meliputi Toyota, Honda, Great Wall Motor (GWM), dan Ford. Berdasarkan informasi dari Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), PT Toyota Astra Motor (TAM) tercatat mengimpor mobil dari Thailand sebanyak 23.644 unit sepanjang tahun 2024. Di antara model-model yang dirakit di Thailand adalah:

1. Hilux Rangga (seluruh tipe)
2. Hilux 4×4
3. Hi-Ace
4. Corolla Cross Hybrid
5. Camry Hybrid
6. Corolla Altis Hybrid
7. Vios

Sementara itu, PT RMA Indonesia, yang merupakan agen pemegang merek Ford, juga mengimpor 930 unit mobil dari Thailand. Beberapa model yang diimpor mencakup Ford Everest Titanium, Ranger XL, dan Ranger Raptor. Selain itu, PT Honda Prospect Motor (HPM) memberikan kontribusi dengan mengimpor berbagai model seperti Honda Accord Hybrid, CR-V Hybrid, All New Civic, All New City, beserta beberapa spare part untuk model Brio, Mobilio, BR-V, dan HR-V.

Dalam konteks yang lebih luas, terdapat beberapa APM lain yang juga mengimpor dari Thailand. Ini mencakup Mitsubishi Motors dengan model Triton, Isuzu dengan D-Max dan MU-X, UD Trucks, serta merek-merek lain seperti Morris Garage, Nissan, GWM Tank, dan Haval. Secara keseluruhan, Gaikindo mencatat bahwa total impor mobil utuh (completely built up/CBU) di Indonesia mencapai 97.010 unit sepanjang tahun 2024, naik 9,1% dibanding tahun sebelumnya yang tercatat sebanyak 88.915 unit.

Salah satu faktor kunci yang menyebabkan krisis ini adalah tingginya tingkat penolakan pinjaman kendaraan oleh lembaga pembiayaan di Thailand. Juru Bicara Asosiasi Industri Otomotif Thailand, Surapong Paisitpattanapong, mengungkapkan bahwa sekitar 70% pengajuan kredit kendaraan mengalami penolakan selama 2024. Hal ini berdampak besar pada daya beli masyarakat dan menyebabkan kapasitas produksi di pabrik-pabrik otomotif di Thailand turun hingga sekitar 58% pada bulan November 2024.

Kondisi ini memberi tekanan tambahan pada sektor manufaktur, di mana pemerintah Thailand merespon dengan meluncurkan sejumlah kebijakan keringanan utang bagi masyarakat yang kesulitan membayar cicilan kendaraan. Data menunjukkan bahwa Thailand memiliki rasio utang rumah tangga yang mencapai 86% dari produk domestik bruto (PDB), yang merupakan yang tertinggi di Asia Tenggara, semakin memperburuk situasi daya beli masyarakat.

Dengan tantangan yang dihadapi oleh APM di Indonesia sebagai dampak dari krisis otomotif di Thailand, pertanyaan mengenai kestabilan pasar otomotif di Indonesia menjadi semakin relevan. Hal ini secara tidak langsung mempengaruhi strategi bisnis dan keputusan penjualan mobil dalam menghadapi ketidakpastian global yang terjadi saat ini.

Exit mobile version