Donald Trump secara resmi dilantik sebagai Presiden Amerika Serikat yang ke-47, menginjakkan kaki di Gedung Putih dengan serangkaian kebijakan yang diprediksi akan membawa pergeseran signifikan dalam industri otomotif, khususnya kendaraan listrik (EV). Melalui sebuah penyataan dari Carscoops pada Rabu, 22 Januari 2025, Trump mengungkapkan niatnya untuk mengakhiri regulasi yang diimplementasikan pada era pemerintahan Joe Biden, yang dianggap terlalu mengekang perkembangan industri EV.
Salah satu langkah utama dari pemerintahan Trump adalah menyederhanakan proses perizinan dan mengevaluasi kembali regulasi-regulasi yang dikaitkan dengan produksi dan penggunaan energi. Ini mencakup peninjauan terhadap kebijakan terkait penambangan serta pengolahan mineral yang tidak berbahan bakar. Namun, para produsen mobil dan pemangku kepentingan di industri otomotif mulai mengkhawatirkan dampak dari kebijakan ini, terutama terkait dengan insentif pajak untuk kendaraan listrik.
Berikut adalah beberapa ancaman yang bisa mempengaruhi masa depan EV selama era Trump:
Penghapusan Insentif Pajak: Jika pemerintah Trump memutuskan untuk menghapus kredit pajak untuk EV, harga kendaraan listrik dapat meningkat secara signifikan. Produsen mobil memperingatkan bahwa dalam situasi ini, harga EV bisa meroket hingga ribuan dolar, yang dapat membuatnya kurang terjangkau bagi konsumen.
Penundaan Regulasi Emisi: Trump dikabarkan akan menunda regulasi ketat yang belum diberlakukan yang bertujuan untuk memperketat emisi gas buang. Dampak dari keputusan ini bisa berdampak pada investasi dalam teknologi yang lebih bersih dan efisien.
Prioritas Energi Konvensional: Di tengah deklarasi untuk kembali menyokong energi konvensional, termasuk bahan bakar fosil, kepercayaan konsumen terhadap masa depan kendaraan listrik pun bisa ikut terpengaruh. Kebijakan yang lebih ramah bagi industri energi tradisional dapat memperlambat adopsi teknologi ramah lingkungan.
Pencabutan Kesepakatan Iklim: Penghentian dukungan bagi Perjanjian Iklim Paris juga menunjukkan bahwa kebijakan perubahan iklim mungkin tidak menjadi fokus utama pemerintahan ini, berpotensi menghambat kemajuan dalam inovasi EV.
- Meningkatnya Persaingan dari Industri Non-EV: Dengan kurangnya dukungan untuk EV, produsen kendaraan berbahan bakar konvensional mungkin akan mendapat dorongan kompetitif, menarik konsumen yang lebih memilih kendaraan tersebut berdasarkan harga yang lebih terjangkau.
Para analis industri mengkhawatirkan bahwa jika kebijakan ini berjalan sesuai rencana, maka kondisinya berisiko menurunkan permintaan akan kendaraan listrik. Sebelumnya, produksi dan penjualan EV mengalami lonjakan berkat dukungan insentif pemerintah yang mendorong konsumen beralih ke penggunaan kendaraan lebih ramah lingkungan. Namun, risiko kebijakan baru ini bisa memicu gejolak penjualan EV di pasar.
Sebagai catatan, masa depan industri otomotif di Amerika Serikat tampaknya semakin tidak menentu seiring dengan inisiatif-inisiatif yang diusung oleh pemerintahan baru. Dengan peluncuran berbagai kebijakan yang mengedepankan energi konvensional, dampak jangka panjang terhadap kendaraan listrik dan upaya untuk mencapai tujuan keberlanjutan yang lebih baik masih menjadi tanda tanya besar. Perhatian akan strategi yang ditempuh oleh pemerintahan Trump dalam hal industri otomotif juga menggambarkan bagaimana dinamika politik dapat langsung berimbas pada inovasi teknologi dan ekologi di sektor otomotif.