Tottenham Hotspur berhadapan dengan Leicester City dalam pertandingan Liga Premier yang krusial bagi kedua tim. Hasil pertandingan ini sangat penting, terutama untuk Tottenham yang saat ini berada di posisi 15 klasemen, dan Leicester yang terjebak di zona degradasi. Dalam persiapan menghadapi Leicester, Tottenham berharap untuk memperbaiki performa mereka setelah kemenangan ketat 3-2 di Liga Europa melawan Hoffenheim, yang mana Son Heung Min menjadi bintang lapangan.
Ange Postecoglou, pelatih Tottenham, menyatakan bahwa tekanan untuk meraih hasil positif semakin meningkat. Ia menyoroti pentingnya kinerja tim dan pengorbanan yang dilakukan oleh para pemainnya dalam menghadapi jeda kompetisi yang sulit. “Inilah tentang para pemain,” jelas Postecoglou, “Tentu saja semakin sulit bagi mereka untuk menjaga performa karena mereka memberikan segalanya dan hanya memiliki kumpulan kecil.”
Di sisi lain, Leicester City, yang dilatih oleh Ruud Van Nistelrooy, datang ke London dengan tekad untuk menghentikan rentetan tujuh kekalahan beruntun di liga, termasuk kekalahan 3-2 di kandang melawan Fulham akhir pekan lalu. Van Nistelrooy menyatakan bahwa motivasi timnya tetap tinggi dan percaya bahwa mereka bisa mengubah keadaan. “Kami mencoba untuk mencapai sesuatu. Hari ini adalah permainan baru,” katanya dengan optimis.
Pertandingan dimulai dengan Tottenham lebih dulu memimpin melalui gol Richarlison pada menit ke-33. Namun, setelah jeda, Leicester berhasil menyamakan kedudukan hanya satu menit setelah babak kedua dimulai berkat gol Jamie Vardy. Kembali dari ketertinggalan, Leicester tampil percaya diri dan berhasil membalikkan keadaan melalui gol Bilal El Khannouss pada menit ke-50, menempatkan Leicester di depan.
Kedua tim menunjukkan permainan yang menarik dengan sejumlah peluang membahayakan. Pelatih Postecoglou terpaksa melakukan perubahan taktis dengan menarik keluar Pape Matar Sarr dan Richarlison, serta memasukkan Sergio Reguilon dan Mikey Moore untuk menambah daya serang Tottenham. Namun, meski berupaya keras, Spurs tampak kesulitan untuk kembali menemukan ritme permainan mereka.
Adapun statistik di lapangan menunjukkan bahwa Tottenham telah kehilangan lima dari enam pertandingan terakhir mereka di Liga Premier. Mereka juga menderita total 12 kekalahan dari 22 pertandingan liga yang telah dijalani, yang merupakan catatan terburuk mereka sejak musim 1997-98. Hal ini tentu saja menambah tekanan pada Postecoglou, yang menyadari bahwa pertanyaan besar tentang posisinya dapat muncul jika Tottenham gagal meraih hasil positif lagi.
Kondisi pemain juga menjadi faktor kritikal bagi kedua tim. Skuad Tottenham dilanda cedera, termasuk ketidakhadiran James Maddison, yang sebelumnya menunjukkan performa baik di Liga Europa. Sementara itu, Leicester juga tanpa beberapa pemain kunci, namun keberhasilan mereka mencetak gol memperlihatkan adanya potensi kebangkitan bagi tim yang sebelumnya terpuruk ini.
Dengan hasil akhir pertandingan yang berakhir 2-1 untuk Leicester, mereka berhasil keluar dari zona degradasi dan mengakhiri rentetan kekalahan yang menghantui mereka. Di sisi lain, Tottenham terus terpuruk dalam performa buruk mereka, berpotensi memicu perubahan besar di dalam klub. Baik Postecoglou maupun Van Nistelrooy kini dihadapkan pada tantangan besar untuk mengangkat performa tim demi mencapai target di sisa musim ini.
