Ruben Amorim, pelatih baru Manchester United, baru-baru ini menarik perhatian dengan pernyataannya yang berani bahwa timnya mungkin adalah "tim terburuk dalam sejarah Manchester United". Dalam konferensi pers setelah kekalahan 3-1 dari Brighton di Old Trafford, Amorim mempertegas pandangannya tentang keadaan klub yang sedang terpuruk. “Kami mungkin adalah tim terburuk dalam sejarah klub,” ungkapnya. Pernyataan ini seolah mengisyaratkan bahwa kondisi tim saat ini telah melampaui batas toleransi yang ada, mengingat sejarah panjang kesuksesan klub ini.
Berdasarkan analisis terbaru, Amorim mungkin tidak sepenuhnya salah dalam penilaian ini. Manchester United saat ini menghadapi tantangan yang belum pernah terjadi sebelumnya, dengan posisi mereka di klasemen yang anjlok. Di bawah bimbingan Amorim, United hanya mampu meraih 11 poin dari 11 pertandingan, dengan rekor buruk yang mencakup hanya empat poin dalam enam laga terakhir. Ini menempatkan mereka sepuluh poin di belakang posisi kedelapan yang menjadi target minimum setelah Erik ten Hag, pelatih sebelumnya, yang menyelesaikan musim lalu di posisi kedelapan, menjadi titik terendah mereka di era Premier League.
Sejarah mencatat bahwa Manchester United pernah mengalami masa-masa suram, seperti saat mereka di bawah nama Newton Heath pada musim 1893-94 yang hanya meraih 14 poin. Namun, dengan sumber daya yang dimiliki saat ini, dengan skuat yang bernilai lebih dari 1 miliar euro, penampilan buruk ini sangat mencolok. Sebuah penilaian dari Gary Neville menyebut United sebagai "tim terburuk di negara ini per bandingkan dengan biaya", dan mungkin bahkan "di dunia".
Ada beberapa faktor yang mendasari pernyataan ini:
-
Pengeluaran Transfer: United memiliki salah satu skuat termahal di dunia, dengan banyak pemain dibeli dengan harga selangit. Namun, performa mereka di lapangan tidak sebanding dengan harga tersebut. Rata-rata biaya pemain di skuat mencapai £430 juta.
-
Taktik yang Tidak Sesuai: Amorim tampaknya berjuang untuk menerapkan sistem permainan yang tidak cocok dengan karakteristik pemainnya. Ini menyebabkan kesulitan dalam menciptakan kerjasama yang efektif di antara pemain.
-
Kurangnya Konsistensi: Rekor buruk di lapangan, termasuk kekalahan beruntun, menunjukkan bahwa tim tidak dapat membangun momentum positif. Ini adalah ciri khas dari tim yang sedang mengalami krisis.
- Dukungan Manajemen yang Buruk: Di luar lapangan, keberadaan manajemen yang tidak efisien dalam perekrutan pemain dan strategi klub juga memperburuk situasi. Banyak keputusan yang telah diambil tidak sejalan dengan kebutuhan tim di level tertinggi.
Amorim tentu tidak mencoba untuk menghindari tanggung jawab dalam situasi sulit ini. Kualitas individu pemain tidak terwujud secara kolektif, yang menunjukkan kurangnya performa terbaik dari tim secara keseluruhan. “Setiap orang di sini sedang berkinerja di bawah standar,” ungkap Amorim, yang mencerminkan frustrasi yang dirasakan oleh banyak penggemar dan analis sepak bola.
Dengan semua data dan konteks ini, adalah jelas bahwa meskipun Amorim mungkin salah dalam penilaiannya tentang skla historis, ia menyoroti satu kenyataan yang tidak dapat diabaikan: Manchester United, dalam konteks performa saat ini dan bandingkan dengan pengeluaran mereka, berada dalam salah satu momen terburuk dalam sejarah klub. Ketahanan tim untuk bangkit dari situasi ini akan ditentukan oleh kepemimpinan yang ada, baik di lapangan maupun di ruang manajerial.