Ange Postecoglou sedang menghadapi tantangan besar di Tottenham Hotspur, dengan tim yang sedang terpuruk akibat kurangnya ambisi yang telah menghantui klub tersebut. Dalam beberapa tahun terakhir, Tottenham telah mengalami kekacauan manajerial dan performa yang buruk di lapangan, hal ini semakin diperparah oleh minimnya investasi dari pihak klub. Sebuah spanduk yang dipajang fans Spurs dalam kekalahan melawan Leicester baru-baru ini menegaskan kritikan tajam: "24 tahun, 16 manajer, satu trofi". Ini menunjukkan betapa mendesaknya kebutuhan akan perubahan yang lebih signifikan di dalam struktur manajemen klub.
Selama sepuluh pertandingan terakhir di liga, Tottenham hanya mampu mengumpulkan empat poin. Kekalahan terbaru dari Everton dan Leicester, tim-tim yang secara statistik lebih lemah, menegaskan betapa rentannya skuat Spurs saat ini. Dengan banyaknya pemain inti yang cedera, Postecoglou menghadapi kesulitan dalam meramu strategi yang efektif untuk mengembalikan daya saing tim. Pada pertandingan melawan Leicester, Tottenham harus bermain tanpa sepuluh pemain utama, dan manajer mengakui bahwa salah satu pemain, Pape Matar Sarr, seharusnya tidak bermain sejak awal karena masalah cedera.
Berikut adalah beberapa faktor yang menunjukkan kurangnya ambisi di Tottenham:
Minimnya Investasi: Pendanaan yang terbatas untuk mendatangkan pemain berkualitas masih menjadi masalah besar. Meskipun Antonín Kinský telah ditambahkan sebagai penjaga gawang muda, dukungan lebih lanjut di lini lain belum terlihat, yang membuat skuat terlihat timpang.
Rekor Manajerial yang Buruk: Performa Postecoglou dapat dibagi menjadi dua fase. Di awal masa jabatannya, ia berhasil mengumpulkan 26 poin dari sepuluh pertandingan pertama. Namun, dalam 51 pertandingan berikutnya, tim hanya meraih 64 poin. Ini menunjukkan penurunan signifikan dalam performa tim.
Masalah Taktis dan Struktural: Dalam pertandingan melawan Leicester, masalah taktis jelas terlihat. Kekacauan di lini tengah dan kurangnya pengawalan yang efektif dari lini belakang memungkinkan lawan untuk menciptakan peluang dengan mudah. Ini lebih merupakan masalah struktur tim daripada hanya permainan individu yang buruk.
Krisis Kepercayaan: Krisis kepercayaan mulai terlihat di kalangan pemain. Lingkungan yang penuh tekanan dan performa buruk telah menciptakan atmosfer negatif yang semakin menyulitkan motivasi pemain di lapangan.
- Keterputusan dari Ambisi Jangka Panjang: Tottenham, yang dahulu merupakan salah satu dari enam klub Inggris yang terlibat dalam proyek Super League, kini mendapati diri mereka terjebak di posisi ke-15 liga. Kurangnya ambisi dan langkah-langkah yang tidak berani dalam pengembangan tim telah menjadikan klub ini satu dari banyak contoh bagaimana kegagalan visi jangka panjang dapat mengakibatkan penurunan drastis.
Dalam konteks ini, Postecoglou bukanlah satu-satunya yang harus disalahkan. Keputusan manajemen klub untuk tidak berinvestasi dalam memperkuat tim di bursa transfer menggambarkan pragmatisme yang terlalu berlebihan dan kurangnya komitmen untuk kembali ke jalur yang benar. Banyak pengamat sepak bola percaya bahwa jika Tottenham ingin sukses di masa mendatang, mereka harus berani mengambil risiko dan berinvestasi secara signifikan, serta memberikan dukungan yang lebih besar kepada manajer mereka saat ini. Premis ini semakin dikuatkan dengan kenyataan bahwa ambisi adalah kunci untuk meniti kembali jalan menuju kesuksesan yang diharapkan.