Keuangan

Pemanfaatan Hutan Terdegradasi: Solusi Prabowo untuk Ketahanan Pangan dan Energi

Kebijakan Presiden Prabowo Subianto untuk memperluas kebun kelapa sawit di Indonesia menuai dukungan dari berbagai kalangan, termasuk pakar kehutanan, Yanto Santoso. Yanto menyarankan agar ekspansi kebun tersebut difokuskan pada pemanfaatan hutan terdegradasi yang selama ini kurang diperhatikan. Menurutnya, langkah ini memiliki potensi untuk meningkatkan produktivitas lahan dan mengurangi tekanan pada hutan yang masih alami.

“Kalau kebun sawit yang ditanamkan Bapak Presiden itu, akan ditanam di kawasan hutan yang sudah rusak, maka itu bukan deforestasi. Karena nggak ada tumbuhan pohon. Sebaliknya akan meningkatkan produktivitas kawasan tersebut,” jelas Yanto, yang merupakan Guru Besar Fakultas Kehutanan di IPB, dalam sebuah wawancara. Ia menekankan pentingnya untuk memanfaatkan lahan yang sudah terdegradasi, sehingga Indonesia dapat menghindari pembukaan hutan baru yang masih memiliki ekosistem utuh.

Menggunakan lahan hutan yang sudah rusak dapat menjadi solusi untuk mendukung ketahanan pangan dan energi nasional tanpa menambah beban terhadap kelestarian hutan primer. Yanto memperingatkan bahwa penggunaan hutan terdegradasi harus dilakukan dengan hati-hati untuk mencegah kerusakan yang lebih parah. Hal ini penting agar tujuan pengelolaan sumber daya alam dapat tercapai tanpa merugikan keberlanjutan ekosistem.

Dari data yang diungkapkan oleh Yanto, Indonesia memiliki sekitar 31,8 juta hektare hutan terdegradasi yang bisa dimanfaatkan secara produktif. Ia menegaskan bahwa potensi besar ini seharusnya digunakan untuk mendukung produksi pangan dan energi tanpa harus merusak hutan yang masih utuh. Selain itu, ia mengusulkan agar 30 persen dari kawasan tersebut dialokasikan untuk tanaman-tanaman unggulan seperti bangkirai, kayu hitam, dan meranti, sementara 70 persen dapat digunakan untuk kelapa sawit.

Dalam musyawarah perencanaan pembangunan nasional (Musrenbangnas) 2025-2029, Presiden Prabowo menekankan pentingnya menjaga dan memperluas kebun kelapa sawit yang sudah ada sebagai aset strategis bagi perekonomian Indonesia. Saat menyampaikan sambutannya, Prabowo menegaskan bahwa selain berkontribusi pada ketahanan pangan, kelapa sawit juga mendukung berbagai industri penting lainnya.

“Jagalah kebun-kebun kelapa sawit kita. Di mana-mana itu aset, aset negara. Ke depan kita juga harus tambah, tanam kelapa sawit,” ungkap Presiden Prabowo. Pernyataan ini menegaskan bahwa kelapa sawit bukan hanya sekedar tanaman ekonomi, tetapi juga menjadi bagian integral dalam strategi ketahanan pangan dan energi di tanah air.

Dengan demikian, pemanfaatan hutan terdegradasi sebagai area penanaman kelapa sawit bisa menjadi langkah strategis untuk meningkatkan ketahanan pangan dan energi. Ini merupakan pendekatan yang memperhatikan aspek ekonomi dan lingkungan secara bersamaan, sehingga diharapkan dapat menjadi solusi progresif bagi tantangan yang dihadapi oleh sektor pertanian dan perkebunan di Indonesia.

Kebijakan ini menunjukkan komitmen pemerintah untuk mengelola sumber daya alam secara berkelanjutan, menjaga kelestarian ekosistem, dan meningkatkan produktivitas agraria tanpa harus merusak hutan yang masih alami. Ke depannya, pendekatan ini diharapkan dapat menjadi model bagi pengelolaan sumber daya alam lainnya di Indonesia, menjadikan negara ini sebagai salah satu contoh dalam pengembangan kebijakan yang berwawasan lingkungan.

Rina Melati

Rina Melati adalah penulis di situs cungmedia.com. Cung Media adalah portal berita dan media online yang menyajikan informasi terkini, menarik, dan viral seputar peristiwa lokal hingga nasional dengan gaya yang informatif dan mudah diakses.

Artikel Terkait

Back to top button