Jakarta: Pertumbuhan ekonomi Indonesia diprediksi dapat mencapai 5,1 hingga 5,2 persen pada 2025, namun hal ini tidak lepas dari sejumlah tantangan yang harus diwaspadai. Menurut proyeksi Dana Moneter Internasional (IMF) dan Bank Dunia, pertumbuhan yang relatif stabil ini bisa terancam jika pemerintah tidak siap menghadapi faktor-faktor tertentu baik dari domestik maupun internasional.
Ketua Banggar DPR RI, Said Abdullah, menekankan pentingnya kewaspadaan pemerintah terhadap tantangan yang ada. Salah satu tantangan terbesar adalah pelemahan konsumsi rumah tangga. Daya beli masyarakat yang menurun pasca-pandemi menjadi salah satu penyebab utama rendahnya permintaan. Hal ini menunjukkan bahwa pemerintah harus segera mengambil langkah untuk mendorong konsumsi yang lebih baik.
Berikut adalah enam tantangan yang perlu diperhatikan untuk menjaga pertumbuhan ekonomi Indonesia:
Perang Tarif
Tiongkok sedang menghadapi perang tarif dengan Amerika Serikat (AS) dan Uni Eropa. Jika perang ini berlanjut, Indonesia akan terdampak baik secara positif maupun negatif. Ketidakpastian dalam bisnis global dapat meningkat, namun jika Indonesia mampu menggantikan produk impor yang dibutuhkan, peluang ekspor dapat meningkat.Perekonomian Tiongkok Melempem
Prediksi Bank Dunia menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi Tiongkok akan turun menjadi 4,5 persen. Jika ini terjadi, produk ekspor Indonesia ke Tiongkok juga akan terpengaruh. Pemerintah perlu mencari negara alternatif untuk menggantikan pasar ekspor yang berkurang.Dolar AS Makin Kuat
Situasi perang tarif dapat mengakibatkan penguatan dolar AS yang berdampak pada depresiasi terhadap rupiah. Indonesia perlu memperkuat sistem moneter agar tetap kompetitif dalam perdagangan internasional.Turunnya Kelas Menengah
Penurunan kelas menengah di Indonesia berpotensi menyebabkan berkurangnya daya beli, yang pada gilirannya menghambat pertumbuhan ekonomi. Pemerintah dapat melibatkan program makan siang bergizi gratis untuk siswa sebagai cara untuk merangsang sektor UMKM dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.Industri Nonmigas Susut
Kontribusi industri pengolahan nonmigas terhadap PDB menunjukkan penurunan yang signifikan. Untuk membangkitkan kembali industri ini, perluasan program hilirisasi harus dilakukan, tidak hanya di sektor nikel, tetapi juga di sektor lainnya.- Pecut Investasi
Dengan menurunkan Incremental Capital Output Ratio (ICOR), Indonesia bisa meningkatkan daya saing produk ekspornya. Meningkatkan transparansi dan mengurangi korupsi adalah kunci untuk menarik lebih banyak investasi.
Said Abdullah menekankan bahwa tantangan ini memerlukan perhatian serius dari pemerintah agar Indonesia dapat memaksimalkan peluang ekonomi dan mencapai target pertumbuhan yang diinginkan. Upaya ini akan mempengaruhi tidak hanya kondisi ekonomi saat ini, tetapi juga masa depan perekonomian Indonesia.