Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin baru-baru ini mengonfirmasi bahwa Human Metapneumovirus (HMPV) telah menyebar di Indonesia. Virus ini sebelumnya hanya terdeteksi di China, dan pengumuman ini menuntut perhatian lebih dari masyarakat. Budi mengungkapkan bahwa HMPV sudah ada di Indonesia sejak lama, dan banyak orang mungkin telah terpapar virus ini tanpa menyadarinya. “Mungkin teman-teman yang ada di depan saya ini kalau dicek ada juga yang kena kalau batuk-batuk,” ujarnya saat konferensi pers.
Meskipun HMPV bukan virus baru, pemerintah tetap mengimbau publik untuk tetap waspada. “Jika tetangga Anda mengalami batuk pilek atau bersin, sebaiknya hindari kontak langsung,” tambahnya. Beberapa langkah pencegahan yang disarankan adalah menjaga jarak, mencuci tangan secara teratur, dan menggunakan masker.
Gejala infeksi HMPV biasanya akan muncul dalam waktu 3 hingga 6 hari setelah terpapar. Secara umum, gejala yang dialami mirip dengan gejala flu, antara lain:
– Hidung tersumbat
– Batuk kering
– Sakit tenggorokan
– Kelelahan
– Ruam kemerahan pada kulit
– Demam
HMPV menyebar melalui droplet atau percikan cairan dari hidung dan mulut individu yang terinfeksi. Penularan virus ini dapat terjadi melalui kontak langsung maupun melalui permukaan yang terkontaminasi, sehingga virus ini mudah menyebar di daerah padat penduduk.
Hingga saat ini, belum ada obat khusus untuk mengatasi HMPV. Pengobatan yang diberikan oleh dokter umumnya ditujukan untuk meredakan gejala dan mempercepat proses pemulihan. Dalam banyak kasus ringan, pasien tidak memerlukan perawatan khusus dan dapat sembuh sendiri dengan istirahat dan cukup cairan. Namun, infeksi HMPV dapat menyebabkan komplikasi serius seperti bronkitis atau pneumonia, yang memerlukan penanganan lebih lanjut. Dalam kondisi ini, perawatan seperti terapi oksigen, pemberian infus, dan obat kortikosteroid mungkin diperlukan.
Meskipun HMPV tidak semasif COVID-19, semakin banyaknya laporan tentang penyebaran virus ini menuntut masyarakat untuk waspada. Pengetahuan yang baik tentang virus ini, termasuk gejala, cara penularan, dan opsi pengobatan, adalah langkah penting dalam menghadapi penyebarannya di Indonesia.