Guru Besar Unika Atma Jaya, Prof. Raymond Tjandrawinata, baru-baru ini mencetak prestasi membanggakan dengan menempati peringkat teratas di bidang farmasi serta kedokteran dan kesehatan di Indonesia, menurut The AD Scientific Index. Penilaian ini dilakukan berdasarkan kinerja dan produktivitas akademik para ilmuwan, dan menunjukkan dedikasi serta kontribusi Prof. Raymond dalam dunia penelitian.
Sebagai pelopor dalam pengembangan Obat Modern Asli Indonesia (OMAI), Prof. Raymond telah memimpin berbagai penelitian dan uji klinik yang tidak hanya terbatas pada Indonesia tetapi telah merambah ke pasar internasional. Bersama Dexa Laboratories of Biomolecular Sciences (DLBS), ia memulai proyek OMAI pada tahun 2005, yang kini hasil risetnya dipasarkan ke berbagai negara. Beberapa prestasi cemerlangnya dalam penelitian telah menghasilkan 64 paten yang diakui di Indonesia dan luar negeri.
“Saya sangat bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas pengakuan ini. Tahun baru dimulai dengan kabar yang luar biasa. Per 31 Desember 2024, AD Scientific Index telah menempatkan saya di antara 1% ilmuwan teratas di semua disiplin ilmu di Indonesia, 5 persen teratas di Asia, dan 8 persen teratas secara global untuk tahun 2025,” ungkap Prof. Raymond.
Dalam bidang farmasi, Prof. Raymond menempati peringkat kedua di Indonesia, serta masuk dalam 6 persen teratas di Asia dan 9 persen teratas di dunia. Di bidang kedokteran dan kesehatan, ia juga berhasil masuk 20 besar di Indonesia dan peringkat 533 di Asia.
Prof. Raymond memiliki kontribusi besar dalam ilmu pengetahuan global, salah satunya melalui proyek Spacelab Life Sciences (SLS 1) dengan NASA pada tahun 1991, yang mengeksplorasi dampak gravitasi mikro terhadap kesehatan tulang. Kariernya dimulai di Universitas California, San Francisco, dengan fokus pada riset obat sintetik organik, dan ia menjadi pelopor rekayasa genetika di Indonesia pada dekade 1980-an.
Setelah kembali ke Indonesia, ia bergabung dengan PT Dexa Medica dan melahirkan OMAI, yang kini memiliki lebih dari 80 persen komponen dalam negeri dalam produknya. Selain itu, Prof. Raymond juga aktif meneliti Hak Kekayaan Intelektual (HKI) dalam sektor kesehatan dan kini tengah menempuh program doktor hukum di Universitas Pelita Harapan, dengan fokus pada hubungan antara paten, inovasi medis, dan keadilan sosial dalam distribusi teknologi kesehatan.
Di tengah keberhasilannya, Prof. Raymond tetap berkomitmen untuk memperkuat sistem kesehatan nasional dan global, termasuk melalui penelitian dalam bidang bioteknologi, obat generik, dan regulasi farmasi internasional. Artikel ilmiah terbaru yang ditulisnya tentang Hukum Kesehatan, serta kolaborasi dengan Prof. Henry Soelistyo Budi mengenai Hukum Paten, mencerminkan dedikasi Prof. Raymond untuk meningkatkan inovasi dan akses terhadap teknologi kesehatan di tingkat global. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya peran akademisi dalam membangun fondasi kesehatan yang lebih baik bagi masyarakat dan dunia.