Vulvovaginitis merupakan salah satu penyakit yang cukup umum dialami oleh wanita di berbagai usia, mulai dari anak-anak hingga orang dewasa. Penyakit ini ditandai oleh peradangan atau iritasi pada vagina dan vulva, menciptakan masalah yang berpotensi serius bagi kesehatan organ intim wanita. Menurut informasi dari Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Cianjur, gejala vulvovaginitis termasuk keputihan yang tidak normal, bau tidak sedap, serta sensasi terbakar saat berkemih atau berhubungan seksual.
Penyebab vulvovaginitis sangat beragam, yang meliputi:
Infeksi Jamur: Infeksi jamur, terutama yang disebabkan oleh Candida, adalah salah satu penyebab paling umum vulvovaginitis. Gejala yang muncul biasanya berupa gatal, kemerahan, dan keputihan yang tebal serta berwarna putih seperti keju cottage.
Infeksi Bakteri: Ketidakseimbangan bakteri baik dan jahat di vagina bisa menyebabkan infeksi bakteri. Bakteri seperti Gardnerella, Streptococcus, dan Staphylococcus dapat berkembang secara berlebihan, mengakibatkan keputihan berbau amis dan berwarna abu-abu.
Penyakit Menular Seksual (PMS): Vulvovaginitis juga disebabkan oleh infeksi menular seksual, seperti klamidia, gonore, herpes, dan trikomoniasis. Infeksi ini umumnya ditularkan melalui hubungan seksual yang tidak aman dan menimbulkan gejala seperti nyeri serta keputihan yang tidak biasa.
- Iritasi atau Alergi: Penggunaan produk pembersih kewanitaan dengan bahan kimia keras atau sabun beraroma dapat menimbulkan iritasi pada area genital. Kebersihan yang kurang memadai juga berdampak pada peningkatan risiko terjadinya vulvovaginitis.
IDI Cianjur telah melakukan berbagai upaya untuk memberikan solusi bagi penderita vulvovaginitis. Pengobatan penyakit ini bergantung pada penyebab yang mendasarinya, dan berikut adalah beberapa jenis obat yang direkomendasikan:
Fluconazole: Obat ini merupakan anti jamur yang efektif untuk mengobati infeksi jamur pada vagina dengan dosis tunggal 150 mg.
Clotrimazole: Tersedia dalam bentuk krim atau suppositoria intravaginal, digunakan selama 1-3 hari untuk mengatasi infeksi jamur.
Miconazole: Seperti Clotrimazole, Miconazole juga bisa digunakan dalam bentuk krim atau supositoria untuk mengatasi jamur di vagina.
- Terapi Hormon: Pada wanita pascamenopause dengan kadar estrogen yang menurun, terapi pengganti hormon dapat direkomendasikan untuk membantu meredakan gejala.
Sebelum memulai pengobatan, sangat penting bagi penderita untuk berkonsultasi dengan tenaga medis demi mendapatkan diagnosis yang tepat dan pengobatan yang sesuai. Dengan langkah yang tepat, diharapkan kesehatan organ intim wanita dapat ditegakkan kembali, mencegah komplikasi lebih lanjut.