Kanker serviks menjadi salah satu penyakit yang patut diwaspadai, terutama bagi wanita yang telah mengalami menopause. Meskipun seringkali diabaikan, kanker ini dapat muncul akibat infeksi virus human papillomavirus (HPV) yang persisten, yang dapat memicu pertumbuhan sel abnormal di leher rahim. Dalam situasi pascamenopause, gejala kanker serviks bisa kian sulit untuk dideteksi karena perubahan hormon yang terjadi dalam tubuh wanita.
Menyusul fase menopause, yang merupakan tahap alami yang menandai akhir masa reproduksi wanita, banyak perubahan terjadi, salah satunya adalah penurunan kadar estrogen. Proses ini dapat menyebabkan atrofi atau penipisan pada epitel serviks, membuatnya lebih rentan terhadap infeksi HPV. Dokter Anjali Kumar, Direktur Obstetri dan Ginekologi di CK Birla Hospital, menegaskan bahwa meskipun menopause bukan penyebab langsung kanker serviks, kondisi yang menyertainya akan berkontribusi pada peningkatan risiko penyakit ini. "Memahami keterkaitan antara menopause dan kanker serviks sangat penting untuk meningkatkan kesadaran serta intervensi medis yang lebih cepat," ungkapnya.
Gejala kanker serviks sangat beragam, termasuk perdarahan vagina, nyeri panggul, dan pembengkakan. Namun, gejala tersebut sering kali tersamarkan oleh gejala menopause seperti perubahan siklus menstruasi dan disfungsi seksual. Hal ini dapat menghambat deteksi dan diagnosis dini dari kondisi yang serius ini.
Ada beberapa faktor risiko yang perlu diwaspadai oleh wanita pascamenopause, antara lain:
Sistem imun yang melemah: Seiring bertambahnya usia, kemampuan sistem imun untuk memerangi infeksi berkurang, sehingga wanita lebih rentan terhadap HPV.
Kebiasaan merokok: Zat berbahaya dalam rokok dapat merusak sel-sel serviks dan menurunkan daya tahan tubuh, mempercepat perkembangan kanker serviks.
- Penggunaan kontrasepsi jangka panjang: Penggunaan pil kontrasepsi dalam jangka waktu lama dikaitkan dengan peningkatan risiko kanker serviks.
Dengan memahami faktor risiko tersebut, pencegahan bisa dilakukan secara dini. Berikut adalah langkah-langkah pencegahan yang bisa diambil oleh wanita pascamenopause untuk mengurangi risiko terkena kanker serviks:
Skrining rutin: Wanita disarankan untuk menjalani tes Pap smear dan HPV meskipun telah mengalami menopause. Mereka yang berusia 65 tahun atau lebih dengan riwayat hasil tes normal mungkin bisa berhenti melakukan skrining setelah berdiskusi dengan dokter.
Mengenali gejala: Jika mengalami gejala seperti perdarahan tidak normal, nyeri panggul, atau keputihan mencurigakan, penting untuk segera berkonsultasi ke dokter meskipun telah bertahun-tahun mengalami menopause.
- Gaya hidup sehat: Menghentikan kebiasaan merokok, menjaga pola makan yang sehat, serta melakukan aktivitas fisik secara teratur dapat secara signifikan menurunkan risiko kanker serviks.
Pengetahuan tentang kanker serviks dan hubungan dengan menopause sangat penting untuk meningkatkan kesadaran masyarakat, serta memungkinkan terjadinya intervensi medis yang lebih cepat. Kanker serviks bukanlah penyakit yang hanya muncul di masa reproduksi, melainkan juga menjadi ancaman serius setelah menopause. Oleh karena itu, perhatian yang lebih besar terhadap kesehatan reproduksi di usia lanjut adalah hal yang sangat dibutuhkan.