3 Tindakan Orangtua Penyebab Anak Gampang Cemas, Simak!

Anak-anak yang sering merasa cemas dan khawatir tidak jarang berasal dari pola asuh orangtua yang kurang tepat. Psikolog Klinis dan Keluarga, Pritta Tyas Mangestuti, mengungkapkan bahwa beberapa tindakan yang sering dilakukan orangtua terhadap anak dapat membuat mereka menjadi individu yang pencemas saat dewasa. Tanpa disadari, sikap orangtua dapat berpengaruh besar terhadap perkembangan emosional anak.

Berikut adalah tiga tindakan orangtua yang dapat menyebabkan anak menjadi pencemas:

  1. Sering Memburu-buru Anak
    Tindakan memburu-buru anak, terutama saat mereka melakukan aktivitas sehari-hari seperti makan atau bersiap-siap, dapat membuat mereka mudah cemas. Pritta menjelaskan bahwa ketika orangtua terburu-buru, anak akan merasa tertekan dan kehilangan fokus. "Kadang suka geregetan kalau kita lagi buru-buru, lihat anak kok makannya semakin lama. Waktu kita buru-buruin, apa hasilnya? Kalau tidak ngunyahnya makin lama, yaa… malah diemut aja makanannya," ujar Pritta. Hal ini menunjukkan bahwa saat anak merasa panik, bagian tertentu di otak mereka terblokir, sehingga mereka kesulitan untuk berpikir dan menyelesaikan tugas mereka dengan cepat.

  2. Marah Ketika Anak Salah
    Kesalahan adalah hal yang wajar, terutama bagi anak-anak yang sedang dalam fase belajar. Namun, apabila orangtua sering marah ketika anak melakukan kesalahan, hal ini dapat menciptakan perasaan takut dan cemas yang berkepanjangan. "Saat kita menegur terlalu keras, ada anak yang merespon dengan tidak mau mencoba lagi di kemudian hari, atau dia semakin menunjukkan perilaku yang menantang," jelas Pritta. Ini mengindikasikan bahwa reaksi orangtua dapat memengaruhi motivasi anak untuk belajar dan berusaha, serta membuat mereka merasa tidak aman saat berinteraksi dengan orang lain.

  3. Ekspektasi yang Tinggi
    Setiap orangtua tentu ingin yang terbaik untuk anaknya. Namun, menetapkan ekspektasi yang terlalu tinggi dapat berbahaya bagi kesehatan mental anak. Mengharapkan capaian yang melebihi kemampuan mereka dapat menyebabkan stres yang berlebih. Pritta menegaskan perlunya mempertimbangkan usia dan kapasitas anak saat menetapkan harapan. "Mempunyai ekspektasi boleh-boleh saja, tetapi perlu dipertimbangkan lagi terkait ekspektasi tersebut terlalu tinggi atau tidak," kata Pritta. Keterikatan anak pada harapan yang tidak realistis dapat menciptakan perasaan cemas yang berkepanjangan dan rasa takut akan kegagalan yang dapat dihindari dengan berfokus pada proses belajar mereka.

Dalam menjalani peran sebagai orangtua, sangat penting untuk menyadari dampak dari setiap tindakan dan kata-kata yang disampaikan kepada anak. Memahami bahwa anak-anak adalah individu yang membutuhkan ruang untuk belajar dan bereksplorasi, bisa membantu mengurangi tingkat kecemasan yang mungkin mereka alami di masa depan. Oleh karena itu, membangun hubungan yang positif dan mendukung anak dalam mencoba hal baru tanpa tekanan akan menciptakan suasana yang lebih aman dan produktif bagi perkembangan emosional mereka. Orangtua yang mampu bersikap sabar, memberikan dorongan yang tepat, dan menyesuaikan harapan mereka dengan realitas anak akan membantu menciptakan anak yang lebih percaya diri dan tidak mudah cemas saat menghadapi tantangan dalam hidup.

Berita Terkait

Back to top button