Gaya Hidup

Prevalensi Penyakit Kronis Anak Meningkat: Jajanan Sekolah Berisiko!

Prevalensi penyakit kronis pada anak-anak di Indonesia mengalami peningkatan yang signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Menurut Dosen Fakultas Ekologi Manusia (FEMA) IPB, Purnawati Hustina Rachman, S.Gz., M.Gizi, salah satu penyebab utama dari fenomena ini adalah pola konsumsi jajanan di sekolah yang mengandung tinggi garam, gula, dan lemak.

Dalam keterangannya, Hustina menekankan bahwa jajanan yang tidak memenuhi standar mutu kesehatan berdampak negatif pada gizi anak-anak. "Penyediaan kantin sehat dengan mutu pangan yang terjaga dan kebersihan yang memadai di lingkungan sekolah sangat penting," ujarnya. Hal ini menunjukkan bahwa perbaikan di kantin sekolah dapat menjadi langkah awal untuk menanggulangi masalah kesehatan yang dihadapi anak-anak.

Menanggapi hal tersebut, Hustina merekomendasikan agar semua pihak di sekolah, terutama guru, mulai mengelompokkan jenis makanan yang dijual berdasarkan kategori warna:

  1. Hijau: Makanan dan minuman yang dianjurkan.
  2. Jingga: Makanan dan minuman yang perlu dibatasi.
  3. Merah: Makanan dan minuman yang tidak diperbolehkan.

Dengan pendekatan ini, diharapkan setiap sekolah dapat berkontribusi dalam menyediakan pilihan makanan yang lebih sehat bagi siswa.

Selain itu, Guru Besar Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga (UNAIR), Prof. Dr. Ir. Annis Catur Adi, M.Si, menjelaskan bahwa pendidikan gizi, perilaku konsumsi, dan gaya hidup sehat berperan penting dalam mencegah penyakit kronis, tidak hanya pada orang dewasa tetapi juga pada anak-anak. "Konsumsi gula, garam, dan lemak yang berlebihan dapat meningkatkan risiko penyakit tidak menular," tambahnya.

Prof. Annis menekankan pentingnya peran orang tua dan guru dalam membimbing anak-anak untuk menjalani gaya hidup dan pola makan yang sehat. "Kebersihan lingkungan sekitar dan asupan gizi seimbang adalah kunci untuk melindungi anak dari risiko penyakit," ujarnya.

Sejumlah langkah untuk memenuhi asupan gizi seimbang serta menghindari risiko penyakit metabolik seperti diabetes, kolesterol tinggi, dan hipertensi juga disarankan. Beberapa langkah tersebut meliputi:

  1. Membaca label informasi gizi pada semua produk makanan yang dibeli.
  2. Mengganti gula dengan rempah-rempah alami seperti jahe dan kayu manis.
  3. Mengurangi konsumsi minuman bersoda dan menggantinya dengan air mineral.
  4. Memilih camilan dari buah segar atau beku.

Prof. Annis juga memperkenalkan konsep Bijak Garam, teknik memasak yang meminimalisir penggunaan garam tetapi tetap menjaga cita rasa makanan. "Mengurangi asupan garam penting untuk mencegah penyakit kardiovaskular di masa depan," jelasnya.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia juga memberi dukungan terhadap inisiatif ini dengan mendorong perubahan pola konsumsi gizi di kalangan masyarakat. "Penyakit Tidak Menular (PTM) dapat dicegah sejak dini dengan gizi yang baik dan pola hidup yang sehat," kata salah satu perwakilan Kemenkes.

Dengan semakin meningkatnya kesadaran akan pentingnya gizi yang seimbang dan lingkungan yang bersih, diharapkan anak-anak bisa tumbuh sehat dan terhindar dari penyakit kronis. Melalui kolaborasi antara orang tua, guru, dan pemerintah, Indonesia dapat menggapai tujuan kesehatan yang lebih baik untuk generasi mendatang.

Dewi Kartika

Dewi Kartika adalah penulis di situs cungmedia.com. Cung Media adalah portal berita dan media online yang menyajikan informasi terkini, menarik, dan viral seputar peristiwa lokal hingga nasional dengan gaya yang informatif dan mudah diakses.

Berita Terkait

Back to top button