PPTI Jakarta Pusat Gencarkan Edukasi Cegah Putus Pengobatan TBC

Jakarta, Cung Media – Tuberkulosis (TBC) merupakan penyakit menular serius yang saat ini menjadi perhatian utama di Jakarta, terutama di Jakarta Pusat. Dengan angka kematian TBC yang lebih tinggi dibandingkan COVID-19, Indonesia menempati peringkat kedua di dunia setelah India dengan estimasi 1.060.000 kasus. Menurut data yang dirilis oleh Perkumpulan Pemberantasan Tuberkulosis Indonesia (PPTI), pada tahun 2024 terdapat sekitar 30.000 kasus TBC di Jakarta, dengan Kecamatan Tanah Abang mencatatkan 110 kasus selama periode September hingga November 2024.

Menghadapi situasi ini, PPTI Jakarta Pusat mengambil langkah proaktif untuk mencegah putusnya pengobatan TBC melalui kegiatan edukasi. Acara yang berlangsung pada 8 Januari 2025 di Kelurahan Kebon Melati tersebut dihadiri oleh 26 lansia dan 10 keluarga pasien, serta beberapa kader yang bertugas memberikan dukungan. Edukasi yang diberikan bertujuan untuk meningkatkan pemahaman keluarga pasien tentang pentingnya menjalani pengobatan TBC hingga tuntas.

Kegiatan ini mencakup beberapa poin penting seperti:

1. Aturan minum Obat Anti Tuberkulosis (OAT) yang tepat.
2. Penjelasan tentang efek samping yang mungkin timbul akibat obat.
3. Cara menangani efek samping yang terjadi.
4. Pentingnya menjalani pengobatan hingga tuntas untuk mencegah putus pengobatan.
5. Langkah-langkah pencegahan TBC, terutama bagi keluarga pasien yang menjadi kontak erat.

Dalam acara tersebut, Satya Aras, seorang TB Ranger dari Bakrie Center Foundation, memberikan materi edukatif yang mengedukasi peserta tentang pengobatan TBC. Ia berharap informasi ini dapat membantu keluarga pasien dalam merawat lansia yang terdiagnosa TBC. “Warganya sangat ramah dan kader sangat membantu saya dalam terselenggaranya acara ini. Semoga materi yang kami berikan dapat membantu keluarga dalam memahami penyakit TBC dan lebih siap dalam merawat lansia,” ujar Satya.

Dukungan keluarga sangat krusial dalam pengobatan TBC, terutama bagi lansia yang membutuhkan perhatian ekstra. Salah satu caregiver, Sri Wahyuni, mengungkapkan rasa terima kasihnya atas informasi yang disampaikan dalam acara tersebut. Ia menyatakan, “Materinya sangat jelas dan membantu saya paham lebih tentang bagaimana merawat orang tua yang kena TBC. Saya jadi tahu betapa pentingnya dukungan dari keluarga, baik secara emosional maupun fisik.”

Berdasarkan data, lebih dari 30 persen lansia di Jakarta terdiagnosa TBC, yang menunjukkan bahwa kelompok ini menjadi yang paling rentan terhadap penyakit ini. Oleh karena itu, inisiatif PPTI Jakarta Pusat dalam memberikan edukasi semacam ini sangat penting dalam meningkatkan kesadaran dan pemahaman masyarakat tentang pengobatan dan pencegahan TBC.

Kegiatan edukasi ini diharapkan dapat terus dilaksanakan, tidak hanya di Jakarta Pusat tetapi juga bagi wilayah lain di Indonesia. Dengan meningkatnya pengetahuan dan dukungan keluarga, diharapkan angka putus pengobatan TBC dapat diminimalisir, dan kualitas hidup pasien khususnya lansia dapat meningkat. Program-program seperti ini juga menjadi salah satu kunci dalam pengendalian penyebaran TBC di Indonesia dan meningkatkan hasil pengobatan secara keseluruhan.

Exit mobile version