Jakarta, Cung Media – Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang diluncurkan oleh pemerintah pada 6 Januari 2025 mendapat sorotan tajam dari netizen. Banyak pengguna media sosial mengeluhkan makanan yang disajikan, bahkan menyebutnya sebagai ‘sad food’. Mereka menilai rasa yang kurang memuaskan dan porsi yang sangat sedikit menjadi penyebab utama kekecewaan ini.
Setelah menu MBG dibagikan ke berbagai sekolah, banyak foto dan video menu tersebut beredar di media sosial, memperlihatkan tampilan makanan yang terlihat kurang menarik. Beberapa netizen mengungkapkan bahwa makanan ini tidak sesuai harapan, dan mengekspresikan ketidakpuasan mereka dengan hastag yang ramai di media sosial.
Menanggapi kritik ini, Dr. Tan Shot Yen, seorang influencer dari Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI), memberikan tanggapan. Dalam sesi media briefing pada 8 Januari 2025, ia mempertanyakan kriteria makanan yang dianggap ‘sad food’. "Makanan sad food itu seperti apa? Jika makanan harus tampil menarik dengan berbagai cetakan lucu, itu bisa menjadi tantangan tersendiri," ungkapnya.
Ia juga menambahkan bahwa masalah tidak hanya terletak pada penampilan makanan. Menurutnya, tampilan makanan bisa ditingkatkan dengan menambahkan berbagai sayuran berwarna, sehingga tidak terlihat membosankan. Di samping itu, Dr. Tan mengungkapkan bahwa alasan anak-anak tidak nafsu makan tidak hanya disebabkan oleh tampilan makanan, tetapi juga kondisi kesehatan anak itu sendiri. Secara khusus, ia menyebut bahwa anemia di kalangan anak-anak di Indonesia dapat mencapai 50 persen lebih, yang dapat mempengaruhi nafsu makan.
Untuk menangani masalah ini, Dr. Tan menekankan pentingnya evaluasi yang holistik, termasuk komunikasi dengan anak-anak mengenai alasan mereka tidak menghabiskan makanan. "Misalnya, jika ayamnya terlalu keras, kita harus mempertimbangkan cara penyajian di lain waktu," ujarnya.
Berikut adalah beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam program MBG berdasarkan tanggapan Dr. Tan:
- Evaluasi Kesehatan Anak: Memeriksa kesehatan anak secara menyeluruh, termasuk masalah gigi yang mungkin mengganggu kemampuan mereka untuk mengunyah.
- Penampilan Makanan: Meningkatkan variasi dan tampilan makanan agar lebih menarik tanpa mengubah gizi yang terkandung.
- Edukasi Gizi: Mendorong orang tua dan sekolah untuk lebih memahami pentingnya nutrisi dalam perkembangan anak, serta menyosialisasikan pentingnya pola makan yang sehat.
Dengan pemahaman yang lebih baik mengenai masalah yang ada, diharapkan program MBG dapat dilakukan lebih efektif dan sesuai dengan harapan masyarakat. Dr. Tan mengingatkan, "Edukasi perlu berjalan beriringan dengan penyediaan makanan yang baik."