Gaya Hidup

Motif Tersembunyi: Trump Ubah Nama Gunung Denali Jadi McKinley?

Usai resmi dilantik sebagai Presiden Amerika Serikat, Donald Trump tidak butuh lama untuk mengambil langkah kontroversial. Pada 21 Januari 2025, hanya beberapa jam setelah dilantik, Trump menandatangani perintah eksekutif yang mengubah nama Gunung Denali—puncak tertinggi di Amerika Utara—menjadi Gunung McKinley. Langkah ini memicu beragam reaksi dari berbagai kalangan, termasuk masyarakat Alaska yang menginginkan nama asli gunung tersebut dipertahankan.

Dalam pidatonya, Trump mengungkapkan keinginannya untuk mengenang presiden ke-25 AS, William McKinley. “Saya akan mengembalikan nama presiden yang hebat, William McKinley, ke Gunung McKinley di tempat yang seharusnya,” ujarnya, seperti dikutip dari Forbes. Penggantian nama ini jelas menunjukkan adanya motivasi pribadi dari Trump untuk mengangkat sejarah dan figura yang dianggapnya penting.

Meskipun Gunung Denali kini resmi disebut Gunung McKinley, Taman Nasional dan Cagar Alam di sekitarnya tetap mempertahankan nama Denali. Sejak diubah nama secara resmi pada 1917, Denali telah mengalami banyak pergulatan dalam proses penamaan. Nama Denali, yang berarti ‘Yang Agung’ dalam bahasa Koyukon, suku asli Alaska, lebih disukai oleh banyak pihak, terutama kalangan masyarakat lokal.

Sejarah nama Gunung Denali dimulai sejak tahun 1867 ketika Alaska dibeli dari Rusia. Salah satu penambang emas, William Dickey, adalah orang yang pertama kali menggunakan nama “Gunung McKinley” sebagai bentuk dukungan kepada McKinley yang mencalonkan diri sebagai presiden. Nama ini kemudian diresmikan, meskipun banyak masyarakat asli lebih menyukai nama Denali.

Penggantian nama gunung ini menciptakan perdebatan nasional. Dua senator asal Alaska, Lisa Murkowski dan Dan Sullivan, secara terbuka menolak kebijakan Trump dan menegaskan pentingnya mempertahankan nama Denali. Murkowski mencuitkan ketidaksetujuannya, menekankan makna historis dan budaya mendalam dari nama Denali yang telah ada selama ribuan tahun.

Selain akar sejarah dan budaya, Trump juga memiliki ketertarikan pribadi terhadap William McKinley karena tarif yang diterapkan oleh presiden tersebut. McKinley dikenal dengan McKinley Tariff yang memberlakukan tarif tinggi terhadap produk asing. Trump sendiri memiliki kesamaan pandangan dengan McKinley mengenai kebijakan tarif, yang terlihat dalam upayanya untuk meningkatkan tarif barang impor, terutama dari negara-negara seperti China, Kanada, dan Meksiko.

Hal ini menunjukkan adanya hubungan antara kebijakan ekonomi yang diterapkan Trump dan penamaan gunung yang kini menjadi ‘korban’ ambisi politiknya. Sejak perubahan yang dilakukan oleh Trump, Gunung Denali atau McKinley terus menarik perhatian pendaki dan turis dari seluruh dunia, termasuk pendaki asal Indonesia yang juga terpikat untuk menjajal puncak 6.190 meter ini.

Kendati berbagai pro dan kontra muncul, keindahan alam dari Gunung Denali tetap menjadi daya tarik utama bagi para petualang. Joan Antonson, direktur eksekutif Alaska Historical Society, menyatakan, “Pada hari yang cerah, Anda dapat melihatnya dari berbagai arah, dan gunung itu luar biasa.” Pengalaman medan pendakian ini diharapkan dapat terus dinikmati, terlepas dari kontroversi nama yang menyertainya.

Dewi Kartika

Dewi Kartika adalah penulis di situs cungmedia.com. Cung Media adalah portal berita dan media online yang menyajikan informasi terkini, menarik, dan viral seputar peristiwa lokal hingga nasional dengan gaya yang informatif dan mudah diakses.

Berita Terkait

Back to top button