JAKARTA – Dalam beberapa tahun terakhir, tren diet dan pola makan mengalami perubahan signifikan, salah satunya dengan populeritas puasa intermiten atau intermittent fasting. Banyak orang kini memilih melewatkan sarapan sebagai bagian dari metode ini. Namun, mitos bahwa sarapan bukanlah makanan terpenting dalam sehari mulai diperdebatkan kembali.
Menurut Emily Leeming, Ahli Gizi Diet di King’s College London, meskipun puasa intermiten dapat membantu menurunkan berat badan dengan mengurangi asupan kalori dan meningkatkan kesehatan metabolisme, pentingnya sarapan tidak bisa diabaikan. “Banyak yang percaya bahwa melewatkan sarapan bisa mempercepat penurunan berat badan, namun penelitian menunjukkan hasil yang bertentangan,” kata Leeming.
Berdasarkan studi yang ada, berikut ini adalah beberapa fakta yang mendukung pentingnya sarapan:
1. Energi untuk Memulai Hari: Sarapan memberikan asupan energi yang penting setelah berpuasa semalaman. Tidak makan di pagi hari sering membuat seseorang merasa lesu dan kurang produktif.
2. Nutrisi Penting: Mereka yang melewatkan sarapan cenderung mendapatkan asupan serat, mineral, dan vitamin yang lebih rendah. Sarapan yang sehat biasanya kaya akan gizi, seperti buah-buahan, biji-bijian, dan protein.
3. Pengendalian Nafsu Makan: Melewatkan sarapan seringkali mengarah pada peningkatan keinginan untuk ngemil di sore atau malam hari. Hal ini dapat mengarah pada konsumsi kalori berlebih, yang justru bertentangan dengan tujuan menurunkan berat badan.
4. Kesehatan Mental: Beberapa studi menunjukkan bahwa melewatkan sarapan berhubungan dengan peningkatan risiko depresi dan stres. Sarapan dapat berkontribusi pada stabilitas emosional dan kesehatan mental yang lebih baik.
Leeming juga menjelaskan bahwa meskipun beberapa orang mungkin merasa lebih baik dengan tidak sarapan, hal itu bisa jadi karena mereka mengabaikan sinyal lapar dan mengandalkan kafein di pagi hari. “Sebagian besar orang yang melewatkan sarapan mungkin akan merasa kekurangan energi dan meningkatnya rasa lapar di sore hari,” tuturnya.
Sebagai alternatif, Leeming menyarankan agar orang-orang yang terlibat dalam diet atau puasa tetap memberikan waktu untuk sarapan. Memulai hari dengan mengonsumsi makanan tinggi serat dan protein bisa membantu mengontrol nafsu makan sepanjang hari. Makan dengan lambat dan penuh perhatian juga dapat membantu mengurangi keinginan untuk camilan tidak sehat.
Dengan begitu, meskipun tren puasa intermiten menawarkan manfaat tertentu, klaim bahwa sarapan bukanlah makanan terpenting dalam sehari patut dipertimbangkan kembali. Nutrisi yang tepat di pagi hari dapat berkontribusi pada kesehatan fisik dan mental yang lebih baik.