![CPI AS Mengecewakan, Bitcoin Anjlok ke Bawah $95K!](https://cungmedia.com/wp-content/uploads/2025/02/CPI-AS-Mengecewakan-Bitcoin-Anjlok-ke-Bawah-95K.jpeg)
Data inflasi yang mengejutkan dari Amerika Serikat telah menyebabkan lonjakan volatilitas terbesar di pasar cryptocurrency, termasuk penurunan harga Bitcoin yang signifikan. Laporan terbaru menunjukkan bahwa Indeks Harga Konsumen (CPI) untuk bulan Januari meningkat sebesar 0,5%, melebihi ekspektasi sebelumnya yang hanya 0,3%. Angka ini juga melampaui angka bulan Desember yang tercatat 0,4%. Pada basis tahunan, CPI kini berada pada level 3,0%, lebih tinggi dari proyeksi 2,9% yang diharapkan.
Dalam konteks yang lebih spesifik, CPI inti—yang tidak termasuk biaya makanan dan energi—juga menunjukkan kenaikan, berdiri di angka 0,4% pada bulan Januari dibandingkan dengan ekspektasi 0,3%. Jika melihat pada tahun ke tahun, CPI inti kini berada di angka 3,3%, lebih tinggi dari ekspektasi 3,1% dan angka Desember yang berada di 3,2%. Kenaikan ini telah memberi dampak negatif pada pasar kripto dan tradisional secara bersamaan, memicu penurunan harga Bitcoin yang jatuh di bawah $95.000.
Pemicu dari pergerakan harga Bitcoin yang tajam ini terjadi hanya beberapa waktu setelah pengumuman inflasi, di mana nilai aset digital tersebut turun drastis dari level sebelumnya. Dalam 24 jam terakhir, indeks CoinDesk 20 juga merosot sebesar 2,9%. Hal ini menandakan bahwa penurunan tidak hanya terbatas pada Bitcoin, tetapi juga menjalar ke berbagai cryptocurrency lainnya.
Sebagai tanggapan terhadap data inflasi yang mengecewakan, indeks saham berjangka AS juga mengalami penurunan sekitar 1%, sementara imbal hasil treasury 10 tahun melonjak sebesar 10 basis poin menjadi 4,63%. Komoditas emas menunjukkan penurunan lebih dari 1%, dan indeks dolar mengalami kenaikan sebesar 0,5%. Semua ini menunjukkan reaksi pasar yang tajam terhadap kemungkinan perubahan kebijakan moneter.
Pasar Bitcoin sendiri telah mengalami periode ketidakpastian sejak melonjak di atas $100.000 setelah kemenangan pemilu Donald Trump pada bulan November. Setelah itu, harga Bitcoin berada dalam rentang antara $90.000 dan $109.000 selama lebih dari dua bulan. Beberapa faktor seperti kekhawatiran terkait kecerdasan buatan di China, ancaman perang dagang, dan suku bunga yang lebih tinggi dari yang diharapkan sebagai efek dari kekuatan ekonomi dan inflasi, turut berkontribusi pada stagnasi ini.
Di tengah volatilitas yang kian meningkat, Ketua Federal Reserve Jay Powell memberikan kesaksian di hadapan Kongres, mengisyaratkan bahwa pengurangan suku bunga lebih lanjut kemungkinan tidak akan terjadi dalam waktu dekat. Namun, kesempatan untuk penyesuaian suku bunga pada tahun 2025 kini menjadi pertimbangan serius di kalangan pelaku pasar.
Menyusul semua tekanan ini, analisis menunjukkan bahwa data inflasi hari ini berpotensi memicu pasar untuk mulai memprediksi kemungkinan kenaikan suku bunga yang akan datang, serta kemungkinan Bitcoin akan kembali diuji di area $90.000. Ini menandakan bahwa investor harus bersiap menghadapi lebih banyak ketidakpastian di depan.