Pengembangan Opsi Lahan Kampung Haji: Kunci Murah Biaya di Arab

Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH) menegaskan komitmennya untuk menurunkan biaya ibadah haji bagi jemaah Indonesia. Dalam upayanya, BPKH berpendapat bahwa pengembangan opsi lahan dan bandara alternatif di Arab Saudi menjadi kunci penting untuk membuat biaya haji semakin terjangkau. Dengan melibatkan berbagai kementerian dan instansi, BPKH optimis bahwa langkah-langkah ini akan efektif dalam mengatasi permasalahan yang membebani jemaah.

Pengelolaan waktu tinggal jemaah di tanah suci, yang saat ini rata-rata mencapai 40 hari, menjadi salah satu fokus utama diskusi. Berdasarkan rekomendasi dari Panitia Kerja (Panja) Haji DPR RI, penting untuk mengurangi durasi ini agar lebih efisien dan rasional dari segi biaya. Indra Gunawan, anggota BPKH, menerangkan bahwa durasi yang panjang disebabkan oleh beberapa faktor, termasuk keterbatasan infrastruktur di bandara Jeddah dan Madinah.

Beberapa tantangan yang dihadapi jemaah haji Indonesia, antara lain:

  1. Aksesibilitas: Indonesia memiliki lebih dari 17 ribu pulau, yang menyulitkan mobilitas jemaah.
  2. Berbagai Bahasa: Dengan lebih dari 719 bahasa yang berbeda, komunikasi menjadi kendala bagi sebagian jemaah.
  3. Keterbatasan Akses Keuangan: Banyak jemaah yang tidak memiliki akses keuangan yang memadai untuk melaksanakan ibadah haji.
  4. Usia Jemaah: Mayoritas jemaah adalah lansia di atas 60 tahun, yang berisiko tinggi terhadap kesehatan.

Indra juga mengusulkan bahwa jangka pendek perlu adanya konsultasi untuk mengoptimalkan bandara-bandara yang ada agar dapat mengalihkan sebagian jemaah, sehingga tidak hanya terkonsentrasi di Jeddah dan Madinah. Dalam jangka panjang, pembangunan terminal yang lebih mampu menampung jemaah dan fasilitas kesehatan yang memadai diperlukan untuk mengurangi waktu tunggu dan meningkatkan efisiensi.

Pengembangan bandara baru dengan terminal yang lebih besar serta fasilitas kesehatan yang baik akan sangat membantu. Indra optimis bahwa keberadaan termainal baru ini, yang berdekatan dengan miqat, dapat memperpendek durasi perjalanan jemaah, sehingga secara tidak langsung dapat mengurangi biaya transportasi, konsumsi, dan akomodasi.

BPKH juga akan berinvestasi langsung dalam sektor-sektor yang mendukung ibadah haji seperti pertanian, pariwisata, dan kuliner. Upaya ini bertujuan untuk menciptakan Kampung Haji Indonesia di Arab Saudi dengan menggunakan dana BPKH, yang saat ini telah mencapai Rp170 triliun. Dengan adanya kampung haji ini, diharapkan jemaah dapat merasakan pengalaman yang lebih mudah dan terjangkau.

Heru Muara Sidik, anggota Dewan Pengawas BPKH, juga menekankan pentingnya pengembangan lahan dan bandara alternatif. Jangkauan yang lebih luas dan kemudahan dalam mobilisasi kedatangan dan kepulangan jemaah bisa menjadikan biaya haji lebih terjangkau. Selain itu, Capt. M. Mauludin dari Kemenhub menginformasikan bahwa investasi dalam pengembangan bandara dan terminal adalah suatu keharusan untuk menunjang kebutuhan jemaah yang terus meningkat.

Dengan berbagai upaya ini, BPKH berkomitmen untuk menjaga kualitas layanan haji, menjadikannya bukan hanya mudah dan murah tetapi juga aman dan nyaman. Penekanan pada peningkatan infrastruktur dan pengembangan opsi lahan di Arab Saudi diyakini mampu meringankan beban jemaah haji Indonesia ke depan.

Exit mobile version