Miris Kaya Sumber Minyak, RI Impor 54% Minyak dari Singapura!

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia baru-baru ini mengungkapkan fakta yang mengejutkan tentang ketergantungan Indonesia terhadap impor minyak, meskipun negara ini kaya akan sumber daya minyak. Pada acara Berita Satu Outlook 2025 yang berlangsung di Jakarta, beliau menyampaikan bahwa Indonesia kini mengimpor sekitar 54 persen minyak dari Singapura, sebuah negara yang tidak memiliki cadangan minyak. Angka ini cukup mencolok mengingat sejarah Indonesia yang pernah mencapai produksi minyak hingga 1,6 juta barel per hari pada tahun 1997.

Bahlil menyoroti adanya ketidaksesuaian dalam pengelolaan sumber daya minyak di Indonesia. Ia menyampaikan, “Saya ini tidak pernah punya bisnis di minyak atau punya pengalaman di minyak, tapi penciuman saya ini ada yang tidak beres.” Ungkapan tersebut mencerminkan kekhawatiran mendalam tentang tata kelola dan strategi yang telah diterapkan dalam pengelolaan minyak bumi di Tanah Air.

Dilaporkan, Indonesia saat ini mengimpor satu juta barel minyak per hari. Bahlil mengaitkan keadaan ini dengan pola kerja sama yang telah ditetapkan, yang ia sebut sebagai “by design,” untuk menurunkan lifting minyak. Menurutnya, kebijakan ini berlawanan dengan kondisi saat Indonesia mampu mengekspor satu juta barel minyak saat produksi mencapai angka yang tinggi.

Salah satu langkah yang diusulkan Bahlil untuk meningkatkan produksi minyak adalah dengan mengaktifkan kembali 6.000 sumur tua yang sudah tidak beroperasi atau dikenal dengan istilah sumur idle. Dengan menggunakan teknologi enhanced oil recovery (EOR), pemerintah berharap dapat memproduksi tambahan 180.000 barel per hari dari sumur-sumur tersebut. Metode EOR ini melibatkan injeksi senyawa kimia khusus untuk mengeluarkan minyak yang terperangkap dalam reservoir.

Bahlil juga mencatat pentingnya adopsi teknologi pengeboran yang lebih canggih dalam industri migas Indonesia. Ia mengacu pada praktik yang dilakukan oleh Amerika Serikat yang telah bertransformasi dari pengeboran minyak vertikal menjadi teknik horizontal. Menurut Bahlil, hal ini memungkinkan peningkatan produksi yang signifikan, contohnya dari 3 juta barel menjadi 13 juta barel per hari.

Berikut adalah beberapa pernyataan penting dari Menteri ESDM mengenai situasi minyak Indonesia:

  1. Impor Tinggi: Indonesia mengimpor 54% minyak dari Singapura.
  2. Produksi Masa Lalu: Pada tahun 1997, Indonesia memproduksi 1,6 juta barel per hari dan mengekspor satu juta barel.
  3. Sumur Idle: Pemerintah berencana mengaktifkan 6.000 sumur dengan potensi tambahan 180.000 barel per hari.
  4. Teknologi EOR: Penekanan pada penerapan teknologi enhanced oil recovery untuk meningkatkan produksi.
  5. Pentingnya Modernisasi: Adopsi teknologi canggih dalam pengeboran minyak diperlukan untuk bersaing secara global.

Dengan langkah-langkah yang direncanakan dan perhatian yang ditujukan untuk memperbaiki sistem pengelolaan, pemerintah diharapkan dapat mengurangi ketergantungan pada impor dan memaksimalkan potensi sumber daya minyak yang melimpah di Indonesia. Ketika negara ini berupaya untuk memperbaiki dan memodernisasi sektor energi, tantangan dan peluang baru muncul di depan mata, menandakan perubahan besar dalam lanskap industri migas tanah air.

Exit mobile version