Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menyatakan harapan agar program Harga Gas Bumi Tertentu (HGBT) segera diterapkan. Hal ini penting mengingat peran vital gas dalam proses produksi serta sebagai bahan baku bagi berbagai industri di Indonesia. Dalam pernyataannya di Jakarta, Jumat (17/1), Menperin menekankan bahwa operasional pabrik harus tetap berjalan, dan keberlangsungan pasokan gas murah menjadi kunci untuk mendukung aktivitas tersebut.
Gas bumi memiliki peranan yang sangat krusial dalam industri, karena merupakan salah satu komponen utama dalam produksi. Menperin menegaskan, “Gas merupakan komponen terpenting untuk proses produksi dan bagi bahan baku.” Ia menambahkan bahwa dengan adanya harga gas yang terjamin dan pasokan yang stabil, industri dapat lebih mudah melakukan aktivitas produksinya tanpa terhambat masalah biaya energi.
Sementara itu, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menjelaskan bahwa saat ini ada tujuh kelompok industri yang dijadwalkan untuk tetap mendapatkan insentif harga gas murah melalui HGBT. Ketujuh kelompok industri tersebut meliputi:
1. Industri pupuk
2. Petrokimia
3. Oleokimia
4. Baja
5. Keramik
6. Gelas kaca
7. Sarung tangan karet
Bahlil juga menyampaikan bahwa saat ini Kementerian ESDM sedang melakukan kajian untuk kemungkinan menambah jumlah kelompok industri yang dapat menikmati subsidi HGBT ini. Program HGBT bertujuan untuk menawarkan harga gas di bawah US$6 per MMBTU, yang diharapkan dapat memberikan dampak positif bagi industri, terutama dalam pengurangan biaya produksi.
Asosiasi Aneka Industri Keramik Indonesia (Asaki) memberikan dukungan terhadap kebijakan subsidi HGBT tersebut. Mereka mencatat bahwa kebijakan ini telah mampu mengurangi biaya komponen energi dari total modal produksi industri keramik sebesar 23%-26%. Selain itu, keberadaan HGBT diyakini mampu menciptakan efek berganda, termasuk investasi baru, peningkatan penyerapan tenaga kerja, serta kontribusi dalam pembayaran pajak kepada negara.
Oleh karena itu, Asaki berharap pemerintah dapat memperpanjang kebijakan HGBT untuk industri keramik nasional hingga Januari 2025. Dinyatakan bahwa subsidi ini sangat vital bagi sektor keramik, yang dikenal membutuhkan energi dalam jumlah besar untuk proses produksinya. Jika program ini dilaksanakan dengan baik, diharapkan dapat memberikan stabilitas bagi industri dan mendorong pertumbuhan ekonomi di sektor yang penting ini.
Keberadaan subsidi HGBT diharapkan juga dapat mengurangi ketergantungan industri pada sumber energi lain yang lebih mahal, sehingga meningkatkan daya saing produk-produk Indonesia di pasar domestik maupun internasional. Gas sebagai sumber energi lebih ramah lingkungan dibandingkan dengan energi fosil lainnya, yang sejalan dengan upaya pemerintah untuk transisi menuju sumber energi yang lebih berkelanjutan.
Dengan adanya dorongan dari Kementerian Perindustrian dan ESDM, diharapkan implementasi program HGBT dapat berlangsung secepatnya, mengingat urgensi yang dihadapi industri di dalam negeri. Keberhasilan program ini sangat tergantung pada kerjasama antara pemerintah dan pelaku industri dalam menciptakan lingkungan yang kondusif bagi pertumbuhan ekonomi melalui pemanfaatan sumber daya alam yang efisien dan berkelanjutan.