Untuk mengejar target pertumbuhan ekonomi sebesar 8% pada tahun-tahun mendatang, Indonesia menghadapi tantangan besar, terutama dalam hal ketersediaan insinyur profesional. Saat ini, pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya mencapai kisaran 5%, dan untuk mencapai pertumbuhan yang lebih tinggi, dibutuhkan langkah nyata, salah satunya melalui re-industrialisasi. Ketua Umum Persatuan Insinyur Indonesia (PII), Ilham Akbar Habibie, menggarisbawahi pentingnya peran insinyur dalam upaya ini, saat acara pelantikan pengurus pusat PII periode 2024-2027.
“Untuk melakukan re-industrialisasi, dibutuhkan banyak insinyur. PII akan terus berkolaborasi dengan pemerintah dan pihak-pihak terkait untuk mendukung pertumbuhan industri di Tanah Air,” ujar Ilham dalam pidatonya. Ia menekankan bahwa kolaborasi ini penting untuk memacu pertumbuhan manufaktur, yang telah menunjukkan tanda-tanda de-industrialisasi dini. Berdasarkan data dari Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Universitas Indonesia (LPEM UI), nilai tambah sektor manufaktur Indonesia telah menurun dari rata-rata 41,64% sebelum tahun 2014 menjadi sekitar 39,12%.
Jumlah insinyur profesional di Indonesia masih memprihatinkan. Saat ini, tercatat hanya sekitar 2.670 insinyur per satu juta penduduk. Untuk memberikan gambaran, Vietnam memiliki 9.000 insinyur per satu juta penduduk, sedangkan Korea Selatan memiliki angka yang mengesankan, yaitu 25.000 insinyur per juta penduduk. “Kondisi ini menjadi perhatian serius bagi PII dan perlu adanya upaya peningkatan baik dalam jumlah maupun kualitas insinyur di Indonesia,” tambah Ilham.
Pentingnya insinyur profesional dalam memacu industri tidak dapat dipandang sebelah mata. Re-industrialisasi akan membawa dampak positif tidak hanya bagi sektor industri, tetapi juga untuk seluruh perekonomian nasional. Untuk itu, PII berkomitmen mendukung pemerintah dalam meningkatkan jumlah insinyur, dan mengedukasi mereka agar memiliki keterampilan yang relevan dengan kebutuhan industri saat ini.
Acara pelantikan PII kali ini dihadiri oleh lebih dari 600 insinyur, baik secara fisik maupun virtual. Ilham berharap, kepengurusan yang melibatkan insinyur dari berbagai generasi ini dapat menciptakan sinergi yang dinamis dan menghasilkan kolaborasi yang efektif. “Kami ingin menjembatani pengalaman para insinyur senior dengan energi insinyur muda untuk lebih memperkuat organisasi,” ungkapnya.
Salah satu tantangan besar yang dihadapi Indonesia adalah bagaimana meningkatkan pendidikan teknik dan profesi insinyur agar siap bersaing di tingkat global. Beberapa langkah yang dapat diambil untuk memenuhi kebutuhan insinyur di Indonesia antara lain:
- Meningkatkan kualitas pendidikan teknik di perguruan tinggi melalui kurikulum yang relevan dan praktik industri.
- Memberikan insentif bagi lulusan teknik untuk bekerja di bidang-bidang strategis.
- Mendorong kolaborasi industri dan akademisi untuk penelitian dan pengembangan.
- Mengadakan program pelatihan berkelanjutan bagi insinyur yang sudah terjun ke dunia kerja.
Melalui langkah-langkah tersebut, diharapkan Indonesia dapat memperkuat basis jumlah insinyur yang profesional dan berkompeten, sehingga mampu mendukung target pertumbuhan ekonomi yang ambisius. Upaya meningkatkan peran insinyur dalam industri menjadi sangat penting untuk mencapai cita-cita Indonesia Emas 2045.