Inflasi di Indonesia mengalami penurunan signifikan, mencapai level terendah sepanjang sejarah dengan angka 1,57 persen pada Desember 2024. Penurunan ini sejalan dengan penurunan permintaan kredit di masyarakat, yang mengindikasikan berkurangnya minat masyarakat untuk berutang. Phintraco Sekuritas melaporkan bahwa pertumbuhan kredit mengalami stagnasi dalam setahun terakhir, menunjukkan bahwa banyak orang lebih memilih untuk menunda penggunaan fasilitas kredit.
Data yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa inflasi yang rendah ini banyak dipengaruhi oleh jatuhnya harga sejumlah bahan pokok. Deputi Bidang Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini, mengungkapkan bahwa harga cabai merah, cabai rawit, dan tarif angkutan umum mengalami deflasi. Sebaliknya, komoditas yang menyumbang inflasi terbesar adalah emas perhiasan dan rokok.
Faktor lain yang berkontribusi terhadap rendahnya pertumbuhan kredit adalah karena tingginya suku bunga yang ditetapkan oleh lembaga keuangan. Suku bunga yang tinggi ini mengakibatkan beban pembayaran bunga menjadi lebih berat, sehingga banyak masyarakat, baik individu maupun korporasi, memilih untuk menahan diri dari pengambilan kredit. Hal ini dicatat oleh Phintraco Sekuritas, yang mengamati bahwa sikap berhati-hati dalam berutang ini berdampak pada keseluruhan laju inflasi di Indonesia.
Kondisi ini menandakan adanya perubahan perilaku konsumen yang lebih cenderung untuk menghindari tanggungan utang. Berikut ini adalah faktor-faktor yang menyebabkan masyarakat mulai menjauh dari utang:
- Tingginya Suku Bunga: Suku bunga yang tinggi mengurangi daya tarik kredit.
- Beban Pembayaran: Masyarakat merasa terbebani dengan cicilan bunga yang besar.
- Kesadaran Finansial: Memilih untuk menunda pengeluaran demi stabilitas keuangan.
- Deflasi Harga: Penurunan harga bahan pokok menyebabkan ketidakperluan untuk berutang.
- Kenaikan Pengeluaran Lain: Prioritas belanja yang bergeser ke kebutuhan pokok.
Dengan meningkatnya kesadaran terhadap manajemen keuangan pribadi dan kondisi finansial yang lebih selektif, masyarakat tampaknya lebih memilih untuk mengatur keuangan tanpa bergantung pada pinjaman. Penurunan laju inflasi dan berkurangnya pemanfaatan fasilitas kredit dapat menjadi sinyal positif bagi perekonomian Indonesia, diharapkan dapat memicu pertumbuhan ekonomi yang lebih stabil dan berkelanjutan di tahun-tahun mendatang.