Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengadakan evaluasi menyeluruh terhadap sektor penerbangan nasional, terutama setelah serangkaian kecelakaan pesawat di berbagai negara, termasuk insiden tragis di Korea Selatan. Pertemuan ini, yang berlangsung di Jakarta pada 3 Januari 2025, melibatkan sejumlah pemimpin maskapai penerbangan dan pengelola bandar udara, guna memastikan keselamatan penerbangan di Indonesia.
Erick menegaskan bahwa kecelakaan pesawat yang terjadi dalam sepuluh hari terakhir menjadi perhatian serius, terutama dengan tingginya angka korban jiwa di berbagai tempat. Dalam pernyataannya, ia mengatakan, "Satu, kita tahu hampir 10 hari terakhir ini banyak sekali terjadi kecelakaan pesawat terbang, yang bahkan korbannya sangat tinggi seperti yang ada di Korea kemarin."
Dalam pertemuan tersebut, Erick menyoroti beberapa poin krusial yang harus menjadi perhatian lebih lanjut:
Keselamatan Pesawat: Semua maskapai serta pengelola bandara diharapkan untuk memastikan bahwa armada pesawat yang digunakan memenuhi standar keselamatan yang ketat. Kejadian kecelakaan di Korea, Kanada, dan Norwegia memberikan stimulus penting untuk tindakan preventif di Indonesia.
Kondisi Kru Penerbangan: Tingkat kelelahan kru juga menjadi faktor yang dievaluasi agar keselamatan penerbangan terjaga. Erick menekankan pentingnya pengawasan terhadap kondisi kru dan memastikan bahwa mereka memiliki pengalaman yang memadai.
Peringatan Dini: Potensi ancaman seperti cuaca buruk dan adanya hewan yang dapat mengganggu penerbangan harus diperhatikan. Erick meminta agar sistem peringatan dini diperkuat untuk menghindari insiden serupa.
- Persiapan Liburan: Menghadapi lonjakan penumpang pada periode libur Lebaran 2025, Erick meminta maskapai dan bandara untuk merencanakan jumlah pesawat yang akan digunakan dengan baik. Antisipasi arus mudik ini harus dilakukan jauh-jauh hari untuk mencegah masalah di lapangan.
Erick berharap, dengan adanya evaluasi ini, semua pemangku kepentingan di industri penerbangan dapat merumuskan roadmap yang jelas selama enam bulan ke depan, termasuk koordinasi dengan imigrasi dan bea cukai di bandara. "Supaya kenyamanan, keamanan dan hal-hal yang bisa mengefisiensikan daripada seluruh sinergisitas ini," imbuhnya.
Sikap proaktif ini diharapkan mampu meningkatkan standar keselamatan penerbangan di Indonesia, mencegah terjadinya tragedi yang tidak diinginkan, dan memberikan rasa aman bagi masyarakat yang menggunakan jasa penerbangan. Dengan latar belakang peristiwa kecelakaan internasional, langkah-langkah preventif ini menjadi sangat penting di tengah meningkatnya mobilitas masyarakat.