
Bursa Asia di buka bervariasi pada perdagangan perdana tahun 2025, dipicu oleh kabar gembira dari Singapura terkait pertumbuhan ekonominya. Investor saat ini tengah fokus pada laporan Produk Domestik Bruto (PDB) Singapura, yang diperkirakan tumbuh sebesar 4,3 persen dari tahun ke tahun (YoY) untuk kuartal IV-2024. Meskipun angka ini lebih rendah dibandingkan pertumbuhan kuartal sebelumnya yang mencatatkan angka 5,4 persen, optimisme tetap mengemuka dalam analisis pasar.
Kementerian Perdagangan dan Industri Singapura menegaskan bahwa estimasi PDB tersebut diperoleh dari data dalam dua bulan pertama kuartal IV-2024. Menariknya, pertumbuhan tahunan pada tahun 2024 meningkat menjadi 4 persen, jauh lebih baik dibandingkan pertumbuhan 1,1 persen yang tercatat pada tahun 2023. Hal ini menunjukkan adanya pemulihan ekonomi yang signifikan, meskipun masih ada tantangan yang harus dihadapi.
Data lain yang menjadi perhatian pasar adalah indeks manajer pembelian manufaktur global Caixin (S&P China) untuk bulan Desember, yang diperkirakan akan mencapai 51,7 poin. Prediksi ini sedikit meningkat dari bulan sebelumnya yang berada di angka 51,5 poin, meskipun PMI resmi bulan Desember gagal memenuhi ekspektasi dan tercatat hanya di 50,1 poin.
Di Korea Selatan, indeks Kospi mengalami lonjakan sebesar 0,34 persen diiringi dengan kenaikan Kosdaq yang mencapai 1,23 persen. Gubernur Bank of Korea pun menyatakan bahwa kebijakan moneter akan dikelola dengan fleksibilitas, menganalisis meningkatnya ketidakpastian di tingkat global. Suku bunga yang dipangkas dua kali berturut-turut menjadi perhatian para investor menjelang pengumuman keputusan suku bunga berikutnya yang dijadwalkan pada akhir Januari 2025.
Sementara itu, di Tiongkok Daratan, indeks CSI 300 turun 0,48 persen, dan Hang Seng di Hong Kong tergerus 1,75 persen. Walau demikian, indeks S&P/ASX 200 di Australia justru mengalami kenaikan sebesar 0,35 persen. Di Jepang, pasar ditutup pada hari Kamis dan Jumat, memberikan waktu bagi investor untuk menganalisis berita terbaru.
Di Amerika Serikat, ketiga indeks acuan mencatatkan kinerja yang mengesankan, dengan S&P 500 mencatatkan kenaikan tahunan lebih dari 20 persen selama dua tahun berturut-turut, yakni 23,31 persen di tahun 2024 dan 24,2 persen di tahun 2023. Hal ini memberikan angin positif bagi bursa Asia, meskipun adanya fluktuasi yang tajam di beberapa indeks.
Secara keseluruhan, meski bursa Asia menunjukkan dinamika yang beragam, kabar baik dari Singapura memberi harapan bagi investor untuk menyongsong awal tahun 2025 dengan optimisme.